Home / Rumah Tangga / PELAN PELAN SAYANG / 97 - PERTEMUAN DIAM-DIAM RAIN DAN AYAH GENDIS!

Share

97 - PERTEMUAN DIAM-DIAM RAIN DAN AYAH GENDIS!

last update Last Updated: 2025-09-07 13:35:26

“Polisi!” sahut suara dari balik pintu.

Rain mengerenyitkan dahinya, lalu melirik layar CCTV. Ia menggeleng heran begitu tahu siapa yang datang.

“Bangsat lu, ganggu aja,” ucap Rain ketika membuka pintu dan melihat Angga berdiri sambil menahan tawa.

“Malam, Pak. Kangen sama Dita,” ucap Angga, kedua tangannya ia usap-usap, mencoba menghangatkan diri.

“Dita... Gendis,” ucap Rain sambil menutup pintu lalu duduk di atas bangku kayu bersama Angga.

“Gila, banyak banget karangan bunga? Dalam rangka apa, Pak?” tanya Angga, matanya menyorot tumpukan bunga di teras.

“Gendis hamil,” jawab Rain, tersenyum sambil menatap bunga-bunga itu.

“Hah? Dita hamil? Sama siapa?” tanya Angga dengan wajah seolah polos.

“Kamu tuh bikin kesel, ya. Sekarang kamu ke sini mau apa?” tanya Rain, nadanya mulai ketus.

“Mau ketemu Dita, Pak. Kangen banget. Sekalian mau kasih tahu kalau saya menang proyek kantor. Ehem...” ucap Angga dengan bangga.

“Katanya curang, bangga,” ucap Rain sambil menahan tawa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • PELAN PELAN SAYANG   382 - SIAPA YANG MENGERANG DI DALAM RUANGAN ITU?

    Gendis mencoba mengambil benda itu—sesuatu yang sangat ia kenali. Tangannya bergetar ketika ia meraih tisu, memfotonya terlebih dahulu, lalu memungut barang tersebut dan membungkusnya rapat-rapat. “Mas Rain harus tahu… dan aku sama dia harus pulang dari sini!” ucap Gendis panik. Ia buru-buru memasukkan benda itu ke dalam tas, lalu keluar dari kamar mandi dengan napas tersengal. “Sayang, ayo!” serunya tergesa. “Hei… kenapa, Sayang? Kok panikan gini?” tanya Rain pelan, mencoba menenangkan. “Di mobil aku bakal kasih sesuatu. Ayo, Sayang!” ucap Gendis. Langkahnya cepat, hampir seperti berlari kecil meninggalkan lorong itu. Namun tepat ketika mereka hendak menjauh, Rain mendadak menghentikan langkahnya. Dari belakang, terdengar jelas suara erangan samar—pelan, tapi cukup membuat kulit merinding. “Um?” Rain menoleh, alisnya bertaut tajam. “Sayang? Ayo…” pinta Gendis cemas. “Wait, Sayang. Kamu denger sesuatu?” tanya Rain perlahan, suaranya turun satu oktaf menjadi lebih waspa

  • PELAN PELAN SAYANG   381 - SESUATU YANG DITEMUKAN GENDIS

    Mendengar itu, Gendis merasa tersentuh. Ada sesuatu di mata Luna yang membuatnya ikut terenyuh. “Maaf, tapi… sudah berapa lama menikah?” tanya Gendis pelan, suaranya lembut, mencoba memahami lebih jauh. “Lebih dari lima tahun, dan aku nggak tahu kenapa… semua berasa sulit buat aku sama Mas Adam,” ucap Luna. Bahunya turun sedikit, seperti baru mengaku beban yang ia simpan lama. “Apa udah pernah program atau pergi ke dokter kandungan untuk periksa kesehatan kesuburan?” tanya Gendis, nada suaranya penuh kepedulian. “Tapi aku selalu pergi sendiri. Mas Adam terlalu sibuk sama urusan kerjaan. Dia mudah capek dan… untuk berhubungan badan… bisa dibilang kurang memuaskan aja. Dia cepat keluar, sementara aku? Aku belum puas,” ucap Luna, suaranya mengecil dan wajahnya memerah karena malu, tapi kejujurannya terdengar jelas. “Um… itu sih… coba gini deh, kamu konsultasi ke suami aku,” ucap Gendis sambil memberikan solusi, tangannya refleks menyentuh tangan Luna agar gadis itu merasa tidak

  • PELAN PELAN SAYANG   380 - RAIN DAN ADAM MEMBAHAS ANCAMAN KELUARGA SUAMI MAYA YANG MULAI MENGUSIK. LUNA PENASARAN SAMA RAIN.

    Duduk dalam satu ruangan, tangan Rain tampak berada di atas paha Gendis. Sesekali ia mengusap perut istrinya dengan lembut, berulang kali, lalu kembali menggenggam tangannya. Mereka berbincang ringan bersama Adam dan Luna, suasananya hangat dan penuh rasa nyaman. “Iya, jadi… kita ketemu di ruang konsultasi. Saya pasien Mas Rain,” ucap Gendis sambil tersenyum, lalu melirik suaminya dengan tatapan penuh kasih. “Oh ya? Asyik banget ya!” ujar Luna bersemangat, matanya berbinar mendengar cerita itu. Perbincangan terus mengalir hingga akhirnya Rain dan Adam berpindah ke ruangan billiard. Mereka tampak santai, bergantian menembak bola sambil berbicara. Lampu gantung meja billiard menciptakan suasana yang tenang namun tegang di antara percakapan mereka. “Rain, kamu masih ingat kasus beberapa tahun lalu?” tanya Adam sambil bersandar pada stik billiard, menunggu giliran Rain. Rain menyundul bola. Tok! Bola itu masuk mulus. Ia bergerak mengambil posisi baru sambil tersenyum tipis. “Suaminya

  • PELAN PELAN SAYANG   379 - DI RUMAH ADAM, ADA SIAPA RAIN?

    “Saya nggak pernah bercanda dengan apa yang saya bilang, dengan apa yang saya lakuin, Adam. Jadi kamu tenang aja,” ucap Rain sambil tersenyum tipis, berdiri tegak menatap taman belakang rumah orang tuanya yang remang. “Saya tahu, Rain. Saya kenal kamu tuh bukan setahun dua tahun. Saya cuma khawatir aja sama istri kamu,” ucap Adam, nadanya terdengar tulus tapi sarat kecemasan. “Kamu tenang aja, dia bukan perempuan kebanyakan,” ucap Rain sambil melirik Gendis di ruang TV, matanya melembut seketika. “Oke. Jangan lupa, kalau bisa secepatnya ke rumah. Pembahasan kita bakal makan waktu lama dan… ya, nostalgia lah. Main billiard di rumah,” ucap Adam sambil tertawa kecil, berusaha mencairkan lagi suasana. “Siap, pasti. Udah lama nggak main billiard juga,” ucap Rain sambil ikut tertawa pelan. Percakapan ringan itu berlanjut beberapa detik sebelum akhirnya berakhir. Rain mengembuskan napas perlahan, lalu kembali duduk di ruang TV. Ia menikmati secangkir kopi sambil memeriksa data-data yang

  • PELAN PELAN SAYANG   378 - ADAM TAKUT GENDIS MENGETAHUI SEMUANYA DARI RAIN.

    “Sayang, nggak ada yang perlu kamu khawatirin dari semua ini. Saya udah janji sama kamu, semua yang saya lakukan kamu harus tahu. Dan saya pegang omongan ini sampai mati,” ucap Rain penuh ketulusan, menatap istrinya seolah ingin memastikan ia merasa aman. “Iya deh…” ujar Gendis pelan sambil mengangguk. Ia berusaha tenang, meskipun ada sesuatu yang jelas masih mengganjal di hatinya. Tak terasa, mobil mereka berhenti di kediaman keluarga Rain. “Wah… ke sini juga,” ucap Ibu Rain begitu melihat Gendis berjalan ke arahnya. “Iya dong, Mama. Obatnya udah sampai, kan?” tanya Gendis sambil memeluk ibu mertuanya hangat. “Udah dong… makasih banget, kamu perhatian sama Mama,” ucap Ibu Rain sambil melirik Rain yang sedang meletakkan kue dalam kotak hitam di atas meja makan. “Rain, bawa apa tuh?” tanya ibunya lagi, penasaran. “Kue, Ma. Kebetulan beli banyak. Aku kan stok makanan terus di rumah, dan ini aku bawa sebagian buat Mama juga,” jawab Gendis sebelum Rain membuka mulut. Ia duduk di si

  • PELAN PELAN SAYANG   377 - ADAM MEMBUAT GENDIS PANIK

    “Teman? Teman kantor? Klien?” tanya Gendis sambil mengerutkan dahi, matanya menatap Rain penuh curiga yang sulit ia sembunyikan. “Teman lama saya,” ucap Rain pelan sambil mengangguk. Tangannya terulur mengusap perut istrinya, mencoba menenangkan suasana. “Nggak jauh dari rumah Mama.” “Mendadak banget?” Gendis menatapnya lebih dalam, rasa tidak nyaman mulai muncul di wajahnya. “Kamu nggak sembunyiin sesuatu dari aku kan, Sayang?” “Nggak ada, Sayang…” Rain tersenyum kecil, tapi sorot matanya terlihat sedikit gelisah. “Emang saya udah lama nggak ketemu. Dia baru balik dari LA.” “Perempuan?” tanya Gendis lagi, suaranya merendah, mengandung kecemasan yang tidak bisa ia tutupi. “Laki-laki…” ucap Rain sambil menarik napas pelan, berusaha meredam ketegangan di antara mereka. “Ada masalah?” tanya Gendis pelan, matanya masih meneliti ekspresi suaminya. “Nggak ada. Cuma mau ketemu doang… Beneran,” ucap Rain sambil mencoba tersenyum. Ia meraih tangan Gendis lembut. “Kamu mau ikut? A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status