"Semua cara yang bisa dipikirkan sudah dicoba," kata Ralph sambil tetap melangkah, lalu menoleh ke arah Nikki dan berpesan, "Kakek nggak ingin kita tahu soal ini, jadi anggap saja kamu nggak tahu. Besok kalau ke sini lagi, jangan tunjukkan wajah khawatir atau sedih."Nikki secara refleks mengikuti langkahnya, tanpa berkata apa-apa. Dia merasa dirinya tak akan bisa berpura-pura setenang itu."Beberapa hari ini kalau ada waktu, sering-seringlah temani Kakek. Sesekali bawa anak-anak juga ke sini. Kalau Kakek lihat cicitnya, mungkin suasana hatinya bisa lebih baik dan rasa sakitnya juga sedikit berkurang," lanjut Ralph.Nikki buru-buru mengangguk. "Oke, aku ngerti. Besok aku bawa anak-anak ke sini."Begitu tiba di samping mobil, sopir sekaligus pengawal Ralph, Imran, sudah berdiri di sana. Imran membuka pintu sambil menyapa, "Pak Ralph, Bu Nikki."Ralph berhenti, menoleh pada Nikki yang tanpa sadar mengikutinya sampai ke mobil. Tatapannya dalam saat bertanya, "Mau makan bareng?"Hah? Nikki
Read more