Share

Bab 11

Penulis: Hana Pangestu
"Semua cara yang bisa dipikirkan sudah dicoba," kata Ralph sambil tetap melangkah, lalu menoleh ke arah Nikki dan berpesan, "Kakek nggak ingin kita tahu soal ini, jadi anggap saja kamu nggak tahu. Besok kalau ke sini lagi, jangan tunjukkan wajah khawatir atau sedih."

Nikki secara refleks mengikuti langkahnya, tanpa berkata apa-apa. Dia merasa dirinya tak akan bisa berpura-pura setenang itu.

"Beberapa hari ini kalau ada waktu, sering-seringlah temani Kakek. Sesekali bawa anak-anak juga ke sini. Kalau Kakek lihat cicitnya, mungkin suasana hatinya bisa lebih baik dan rasa sakitnya juga sedikit berkurang," lanjut Ralph.

Nikki buru-buru mengangguk. "Oke, aku ngerti. Besok aku bawa anak-anak ke sini."

Begitu tiba di samping mobil, sopir sekaligus pengawal Ralph, Imran, sudah berdiri di sana. Imran membuka pintu sambil menyapa, "Pak Ralph, Bu Nikki."

Ralph berhenti, menoleh pada Nikki yang tanpa sadar mengikutinya sampai ke mobil. Tatapannya dalam saat bertanya, "Mau makan bareng?"

Hah? Nikki agak tertegun. Baru sadar ternyata dia sudah berjalan sampai ke mobil bersama Ralph. Sekarang kalau menolak, rasanya terlalu canggung.

Lagi pula, setelah membicarakan soal kondisi Iskak tadi, ekspresi Ralph jelas terlihat lesu dan sedih. Nikki sangat memahami perasaan kehilangan orang tersayang. Diam-diam, rasa iba pun muncul di hatinya.

"Aku ... aku sudah makan di rumah, tapi aku bisa temani kamu makan sedikit," jawab Nikki dengan sorot mata yang jernih dan tenang. Dia menatap pria itu, menerima ajakannya.

Mereka pun masuk mobil bersama, lalu Imran melajukan mobil ke restoran terdekat.

Di perjalanan, Ralph tak banyak berbicara. Nikki sesekali melirik ke arahnya. Dia ingin mengucapkan kalimat-kalimat penghiburan, tetapi tetap tak berani berkata apa-apa.

Dia merasa frustrasi dan bingung sendiri karena perasaannya tak menentu. Kadang dia merasa Ralph adalah pria yang setia, kadang dia yakin Ralph adalah pria berengsek. Kadang dia kagum akan bakti Ralph pada keluarga, tetapi kadang juga yakin Ralph penuh perhitungan. Sekarang, dia malah merasa pria itu begitu menyedihkan.

Hatinya benar-benar kacau.

....

Setibanya di restoran, mereka memilih tempat duduk dengan pemandangan bagus. Ralph membuka menu dan bertanya, "Kamu mau makan apa?"

Nikki terkejut. Selama dua tahun menikah, mereka jarang sekali makan berdua di luar, bahkan bisa dihitung jari. Setiap kali, mereka juga memesan makanan masing-masing. Ralph tak pernah bertanya soal selera Nikki.

"Aku ... nggak lapar."

"Aku pesanku sup saja ya. Sup di sini enak." Lagi pula, Nikki masih menyusui, butuh banyak cairan.

"Oke, terima kasih."

"Sama-sama."

Dua orang yang biasanya dingin dan saling mengabaikan, tiba-tiba menjadi sopan dan hangat. Nikki menjadi tegang dan serbasalah. Dia lebih terbiasa menghadapi Ralph yang dingin, yang bahkan malas menatap dirinya.

Setelah memesan, Ralph baru saja menyerahkan menu ke pelayan. Tiba-tiba, terdengar suara dari belakang. "Kak Ralph? Benar kamu? Kupikir aku salah lihat!"

Keduanya spontan menoleh dan langsung terkejut. Itu Shireen. Tak disangka, dia juga makan di sini.

Shireen mendekat. Saat melihat Nikki, senyumannya sedikit memudar.

"Sekarang sudah hampir jam 1, kamu juga belum makan?" tanya Shireen dengan nada perhatian dan kaget.

"Ya, baru dari rumah sakit jenguk Kakek," jawab Ralph. Kemudian, dia menoleh ke arah Shireen dengan heran. "Kamu makan sendiri?"

"Nggak, Irfan barusan pulang dari dinas. Aku jemput dia di bandara. Dia lagi teleponan. Sebentar lagi masuk," jawab Shireen sambil menunjuk ke arah pintu.

Tak lama kemudian, Irfan pun muncul.

Shireen melambaikan tangannya. "Sayang, sini!"

Irfan melangkah mendekat, lalu terkejut melihat sahabat lamanya duduk di sana.

"Wah, kebetulan banget! Tadi aku juga berencana mampir ke kantormu, eh malah ketemu di sini." Irfan yang memakai jas tampak lelah karena baru saja pulang dinas beberapa hari.

Saat melihat Nikki, Irfan mengangguk sopan. "Halo, Bu Nikki."

Nikki yang pernah bertemu beberapa kali dengannya, membalas dengan ramah, "Halo, Pak Irfan."

Shireen merangkul lengan suaminya, lalu berkata, "Sayang, kita duduk di sini saja, bareng mereka."

Karena memang ada urusan yang ingin dibicarakan dengan sahabatnya, Irfan pun setuju. Namun, dia tetap bertanya dengan sopan kepada Nikki, "Apa Bu Nikki nggak keberatan?"

Nikki buru-buru menggeleng. "Tentu saja nggak, makin ramai makin seru."

Irfan lalu menoleh pada istrinya. "Kamu duduk di sini ya." Dia menunjuk kursi di sebelah Nikki.

Shireen langsung mencebik dan menyahut, "Nggak mau, aku mau duduk sebelahan sama kamu. Kamu sudah lama nggak temani aku."

Nada manjanya terdengar menggoda, pria mana pun yang mendengar pasti akan luluh.

Nikki melihat jelas bahwa Ralph memalingkan wajah. Dalam hati, dia merasa simpati. Kasihan juga pria ini. Melihat wanita yang dulu dia cintai bersikap manja ke suami sendiri, yang kebetulan adalah sahabatnya. Pasti rasanya lebih menyakitkan daripada ditampar.

Irfan pun terlihat bingung. Namun, belum sempat berbicara, Nikki langsung berdiri. "Kalian duduk di sini saja. Aku ...."

Dia menatap Ralph sejenak, tatapannya itu jelas-jelas sedang bertanya.

Untung Ralph peka. Dia langsung berdiri dan bergeser. "Kamu duduk di dalam, biar yang duduk di luar yang ambil makanan."

"Terima kasih," jawab Nikki dengan sangat sopan, lalu berjalan melewati Ralph dan duduk di sebelah jendela.

Irfan memperhatikan interaksi mereka, lalu bercanda, "Kalian benar-benar pasangan teladan deh, memperlakukan satu sama lain dengan hormat."

Nikki tersipu dan menunduk, tampak malu. Sementara itu, Ralph tetap tenang, tak merespons.

Shireen memperhatikan interaksi keduanya, lalu melirik ekspresi Nikki. Dia menyadari sesuatu, lalu terkejut. Jangan-jangan perasaan mereka mulai tumbuh? Insting wanita memberitahunya, ada sesuatu yang mulai berubah di antara mereka.

Setelah makanan tersaji, tiga orang mulai makan, hanya Nikki yang minum sup. Shireen melihatnya dan bertanya dengan penasaran, "Kamu nggak suka makanan di sini?"

Nikki menoleh, tampak terkejut Shireen mengajaknya berbicara. Dia kembali menunduk dan menjawab sambil menikmati sup, "Aku sudah makan siang di rumah tadi. Aku ke sini cuma buat temani Ralph, dia belum makan."

Padahal hanya menyampaikan fakta, tetapi di telinga Shireen, itu terdengar seperti pamer. Pamer bahwa hubungan mereka harmonis.

Karena merasa canggung, wajah Shireen langsung terlihat masam. Dia lalu menoleh ke suaminya. "Sayang, aku ingin makan udang, tolong kupasin ya."

Irfan sedang membicarakan bisnis dengan Ralph, jadi dia hanya menjawab dengan singkat, "Nanti."

Jawaban itu jelas tidak memuaskan Shireen, membuat wajahnya semakin masam. Dia merasa orang-orang menindasnya, merasa suaminya mengabaikannya di depan orang lain. Matanya mulai berkaca-kaca.

Melihat itu, Ralph spontan mengambil satu udang rebus, mengupasnya dengan cepat, lalu meletakkannya ke piring Shireen.

"Terima kasih, Kak Ralph!" ucap Shireen sambil tersenyum cerah, hatinya kembali senang.

Dulu kalau seperti ini, Irfan pasti tak terlalu memikirkan. Mereka bertiga memang seperti keluarga sejak kecil. Bertahun-tahun seperti itu. Bahkan, mereka selalu memanjakan Shireen.

Namun, hari ini di hadapan Nikki, sikap itu terasa berbeda.

Saat Ralph menarik tangannya kembali, dia menangkap tatapan Irfan yang mengarah ke dirinya dan baru sadar mungkin dirinya terlalu lancang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 311

    Ternyata begitu! Nikki akhirnya mengerti."Apa sih yang susah dijelaskan? Dia suka sama kamu, kamu juga cinta dia, itu 'kan hal yang bagus." Awalnya Nikki mengira di dalam mobil tadi mereka melakukan sesuatu yang tidak pantas sehingga tidak sengaja membuat kandungannya terguncang."Aku sudah nggak mencintainya lagi!" Ralph menatapnya, lalu kembali menegaskan sikapnya.Nikki tersenyum tipis. "Kalian berdua saling balas dendam, lumayan seru juga dilihatnya."Ralph memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam. Benar saja, apa pun yang dia katakan, Nikki tetap tidak akan percaya. Jadi sekalipun dia benar-benar menyatakan perasaan sekarang, Nikki hanya akan menganggapnya sebagai lelucon.Sang adik yang berada di pelukan Nikki, berusaha menyusu dengan susah payah cukup lama, tetapi tetap saja tidak bisa merasa kenyang. Nikki mengangkat payudaranya yang sudah kosong, lalu membujuk adiknya untuk melepaskan dengan penuh rasa bersalah.Namun, mana mungkin si kecil rela melepaskannya? Setelah di

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 310

    Sebagai orang luar saja, Imran merasa perkataan itu tidak pantas! Di depan Nikki berbicara seperti itu? Apa yang sebenarnya dipikirkan Shireen? Bukankah ini jelas-jelas menjadi orang ketiga secara terang-terangan?"Bu Shireen, tolong pergi dari sini." Imran menarik lengan Shireen, menyeretnya keluar.Shireen menolak, masih menatap Ralph dan berusaha. "Memang aku yang menyakitimu, tapi kamu juga sudah membalasnya! Anakku gugur karena kamu, itu belum cukup sebagai balasan? Tapi aku nggak menyalahkanmu, anggap saja itu hukuman untukku!""Sekarang kita sudah seri, siapa pun nggak berutang apa-apa lagi! Kenapa kita nggak mulai dari awal lagi? Kak Ralph, aku mohon, kasih kesempatan sekali saja untuk kita ....""Imran!" Ralph sama sekali tidak menyangka Shireen bisa merendahkan dirinya sejauh ini, bahkan menyeret-nyeret urusan yang tak ada hubungannya.Melihat bosnya marah, Imran juga tidak peduli lagi soal perbedaan laki-laki dan perempuan. Dia nyaris memeluk Shireen dengan kedua tangan, mem

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 309

    "Shireen, urusan rumah tanggaku nggak perlu kamu campuri. Waktu itu aku nggak menuntut tanggung jawabmu, kamu seharusnya bersyukur." Ralph kembali membela Nikki, wajahnya serius saat memberi peringatan pada Shireen.Kali ini gantian Shireen yang menjadi gugup. Dia kembali memasang wajah polos dan manja. Dengan suara lembut, dia berkata, "Itu semua kemauan Ibu Angkat. Aku cuma jadi tameng ....""Shireen, jangan anggap orang lain bodoh. Jangan pula terlalu pintar sampai akhirnya justru menjerat dirimu sendiri." Tanpa basa-basi, Ralph membongkar kebohongannya.Apakah memang benar ide Indah atau sebenarnya Shireen yang sengaja menjadikan Indah perisai, Ralph sangat jelas memahaminya.Wajah Shireen langsung menegang. Bibirnya terkatup erat, kepalanya menunduk.Melihat pemandangan itu, entah kenapa Nikki justru merasa agak iba pada Shireen. Dengar-dengar, sejak kecil Shireen selalu dikelilingi kasih sayang, dimanjakan habis-habisan oleh Ralph dan Irfan yang sama-sama menjadi pelindungnya. Bi

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 308

    Nikki mengalihkan pandangan. Wajahnya tampak tenang, tetapi pikirannya sudah kalut dan hatinya bergejolak hebat. Apa maksudnya ini?Sikap Ralph yang seperti sedang menahan penghinaan tetapi juga enggan melepaskan, nyaris membuatnya salah sangka, seolah-olah pria itu benar-benar mencintainya, bahkan cinta yang dalam dan tak tergoyahkan.Suasana di ruangan berubah aneh. Nikki tidak tahu harus bicara apa untuk memecah keheningan, jadi akhirnya hanya menunduk menatap putrinya di pelukan.Beberapa hari ini Nikki sakit, jadi selera makan pun hilang, membuat ASI berkurang banyak. Shani yang sudah terbiasa minum lahap pun merasa tidak puas. Dia mulai menangis sambil terus mengisap semakin keras.Sudah seminggu Nikki tidak menyusui langsung. Dia benar-benar tak tahan dengan tarikan kuat itu, sampai-sampai dahinya mengernyit menahan sakit.Melihat adegan itu, Ralph hendak memarahinya karena dianggap bukan ibu yang baik. Anak sendiri pun tak bisa diberi kenyang. Namun, saat ini Bulan berjalan mas

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 307

    Ralph berdiri di samping, hanya menonton Nikki yang pakaian dan rambutnya berantakan, sibuk kelabakan. Sementara itu, dirinya sama sekali bersikap seolah-olah tidak ada hubungannya dengan semua ini.Sejak Nikki masuk ke Moonland, Bulan sudah lebih dulu menyuruh semua pembantu dan pengasuh keluar dari rumah.Nikki jelas tak sanggup mengurus dua bayi sekaligus. Dia mendongak, menoleh ke sekeliling, tetapi tidak ada seorang pun. Dia segera paham, lalu terpaksa meminta bantuan Ralph. "Kamu cepat gendong salah satu, nanti jatuh gimana!""Kalau minta tolong, bukannya seharusnya sikapmu lebih baik?" Ralph membalas dengan santai."Mereka 'kan anakmu juga?""Bukannya juga anakmu?""Kalau begitu, satu orang gendong satu, itu paling adil.""Tapi aku sudah urus mereka berhari-hari. Kamu absen sekian lama."Maksud tersembunyi, sekarang gilirannya yang menebus, harus bisa mengurus keduanya sekaligus.Nikki sudah menduga akan dipersulit olehnya, tetapi tidak menyangka caranya seaneh dan sekonyol ini.

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 306

    Ketika kembali melangkah masuk ke Moonland, Nikki merasa dirinya seperti pencuri. Dia berjalan dengan hati-hati dan penuh rasa bersalah.Bulan menyambutnya dengan wajah penuh senyuman. "Nyonya, cepat masuk! Shavin sedang main di matras, dia sudah bisa duduk sendiri!"Ketahuan, dia tidak bisa menghindar lagi. Nikki hanya bisa tersenyum, melangkah masuk ke vila, lalu berjalan ke arah putranya.Si kecil sedang menggigit mainan, air liurnya mengalir sampai membentuk garis panjang. Saat tiba-tiba melihat ibunya muncul, Shavin menatap dengan mata bulatnya beberapa detik, lalu langsung mengangkat kedua tangannya sambil bergumam, seakan-akan memanggil "Mama".Hati Nikki seketika penuh kebahagiaan. Dia buru-buru membungkuk, mengangkat putranya ke dalam pelukan.Anak kecil memang berubah setiap hari, apalagi seminggu tak bertemu. Nikki benar-benar merasa putranya sudah tumbuh besar! Ternyata dia sudah bisa duduk sendiri!"Ah, ah, ah, oh, oh, oh ...." Shavin yang belum bisa berbicara pun menendan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status