Irwan menatap mata Maya, mencari kepalsuan, mencari kebohongan di balik kata-kata itu, tapi hanya menemukan campuran rasa bersalah, keinginan tulus untuk terkoneksi kembali, dan mungkin... secercah rasa ingin tahu yang sama di sana? Pikiran itu membuat kepalanya semakin pusing. Dunia seolah berputar di sekitarnya, sementara dia berpegangan pada satu-satunya hal yang dia kenal-Maya. Tapi keputusan sudah terlanjur terbentuk di benaknya, didorong oleh koktail beracun rasa sakit, keingintahuan morbid, dan saran psikolognya. Ya Tuhan, ampuni aku. Dia mengangguk pelan, hampir tak terlihat. "Oke." Wajah Maya menunjukkan kelegaan yang nyata. Sorot matanya berubah, sedikit lebih hidup, sedikit lebih bersemangat. "Kamu... tiduran aja," katanya lembut, suaranya sedikit bergetar. Irwan berbaring telentang, kaku seperti mayat, lengan dan kakinya terasa berat seperti timah, jantungnya berdebar liar di rusuknya. Maya bergerak perlahan, hampir ragu. Jari
Last Updated : 2025-09-18 Read more