Kami segera pulang dengan becak hingga turun di depan pelataran rumah Mbak Rani. Aku masih diam setelah semua nasihat Mbak Rani. Mencoba untuk instrospeksi bahwa aku bisa saja melakukan kesalahan. Malamnya, setelah percakapan panjang yang menguras emosi dengan Mbak Rani, pikiranku benar-benar kalut. Kata-kata Mbak Rani tentang kesalahan agama terus terngiang, beradu dengan rasa sakit hati dan kecewa yang begitu dalam akibat pengkhianatan Fatih. Aku berbaring di kamar, menatap langit-langit dengan hampa, mencari jawaban dan ketenangan yang tak kunjung datang. Yogyakarta memang dikenal dengan kedamaiannya, namun ketenangan itu terasa tidak mampu menembus badai dalam hatiku yang sedang bergejolak hebat. Ponselku yang tergeletak di nakas tiba-tiba bergetar hebat, mengagetkanku dari lamunanku. Layar menunjukkan nama Fatih. Seketika itu juga, nafasku tercekat. Aku membiarkannya berdering, membiarkan panggilan itu mati dengan sendirinya, berharap dia akan menyerah. Namun, tak lama kemudian
Last Updated : 2025-07-26 Read more