“Safira!” Suara Nancy terdengar nyaring, menusuk telingaku. Aku menutup mata, menunggu ledakan amarah yang pasti akan datang. Aku sudah membayangkan Nancy mencak-mencak, menuduhku penipu, atau bahkan lebih parah, melabrakku di depan Bu Rahma. Ini dia, saatnya kebenaran terungkap dengan cara yang paling canggung.Aku memejamkan mata. Tuhan, jangan sekarang! “Safira… kenapa kamu nggak bilang kalau kamu kenal Bu Rahma?!” Mataku terbuka seketika. Aku mengerjap. Tunggu, apa? Itu bukan tuduhan, melainkan... pertanyaan. Aku melihat Nancy yang kini tersenyum lebar, senyum yang entah mengapa terlihat tulus, atau setidaknya, tidak penuh dendam. Di sebelahnya, Bu Rahma hanya tersenyum tipis, tatapannya masih sulit kubaca. “Ah, maaf, Nancy. Aku… aku memang kenal Bu Rahma,” jawabku tergagap, masih mencoba mencerna situasi. Otakku berputar mencari alasan yang masuk akal. Nancy mengangguk-angguk. Aku melirik Bu Rahma. Wanita itu kini mengangguk perlahan, ekspresinya lebih tenang. Tampaknya be
Last Updated : 2025-07-29 Read more