Sejak kejadian kemarin, ada sesuatu yang terasa berbeda di sekelilingku. Bukan hanya karena kehadiran Ibu dan Bapak yang kini menemaniku di rumah sakit, tapi juga karena cara mereka memandang Fatih. Pandangan yang… entah bagaimana, terasa hangat, penuh kasih, sekaligus seperti menyimpan sesuatu yang berat. Aku memang sudah lama tidak berkumpul bersama mereka. Tapi bahkan dulu, saat aku masih tinggal di rumah orang tua, aku jarang melihat tatapan seperti itu. Sejak pagi, Ibu tak henti-hentinya menanyakan kabar Fatih. Bahkan saat Fatih keluar sebentar untuk bicara dengan dokter, Ibu segera memanggilnya begitu ia kembali. “Safira, Fatih, belum sarapan kan? Ibu bawakan bubur ayam nih. Kamu suka kan? Ayo makan dulu, Fatih biar barengan sama ibu nanti!" katanya, seakan Fatih adalah anaknya sendiri. Aku mengangguk. Mengunyah dan menelannya perlahan sambil terus memperhatikan. Fatih hanya tersenyum dan duduk di kursi, menerima mangkuk bubur dari tangan Ibu tanpa curiga sedikit pun. “
Last Updated : 2025-08-09 Read more