“T—tadi aku bertengkar dengan Ara. A—Aku gak sengaja ngusir dia,” suara Indri bergetar, matanya basah. Tubuhnya goyah seakan kehilangan tenaga, jemarinya saling menggenggam erat, tak berani menatap suaminya.“Kamu ngusir anak kamu sendiri?!” bentak Umar keras, suaranya bergemuruh hingga membuat seisi rumah terasa bergetar. “Ma! Bagaimana bisa kamu tega melakukan itu!”Indri tersentak, air matanya semakin deras. “Pa, dia… dia sendiri yang mau pergi,” suaranya semakin kecil, seakan membela diri, namun terdengar lemah dan rapuh.“Astaga, Papa gak ngerti!” Umar menggeram, langkahnya maju, wajahnya mendekat tajam ke arah Indri. “Apa sih yang kalian ributkan sampai kamu ngusir Ara?!”Indri memegangi dadanya, tangannya gemetar. “Aku hanya… aku hanya menyuruhnya minta maaf ke Ana. Hanya itu, Pa… tapi dia gak mau. Dia malah ngancem mau tinggal sendiri. Aku marah, Pa. Aku… aku emosi sesaat, aku—”“Kamu ngusir Ara?!” suara Umar bergetar, bukan hanya karena marah,
Last Updated : 2025-08-20 Read more