Isabella terdiam sejenak, mendengarkan suara Leonardo bergerak di dapur. Suara panci, pisau yang memotong, dan sesekali suara Leonardo bersenandung rendah. Ia tak pernah menyangka pria sebesar Leonardo bisa melakukan hal-hal seperti ini—memeluknya dengan lembut, memasak untuknya, seakan ia adalah sesuatu yang berharga.Ataukah ini hanya sandiwara?Saat Isabella masuk ke dapur, aroma kopi dan pancake hangat langsung memenuhi indranya. Leonardo berdiri di depan kompor, wajahnya serius seolah sedang menghadapi pertempuran penting."Kamu benar-benar serius," komentar Isabella, duduk di kursi bar.Leonardo menoleh, senyum kecil muncul. "Untukmu? Selalu."Isabella menatap piring di depannya—pancake berbentuk hati (yang agak tidak beraturan), buah segar, dan sirup maple. Jantungnya berdesir."Leonardo...""Jangan bilang ini terlalu berlebihan," potongnya, duduk di sebelahnya. "Aku hanya ingin kamu tahu, aku... peduli."Isabella mengambil garpu, memotong sedikit pancake. Rasa manis dan hangat
Last Updated : 2025-07-24 Read more