Share

Catur Darah

Penulis: Strawberry
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-23 14:52:17

Dan kartu trufnya?

Sebuah rahasia berdarah yang ia simpan rapat-rapat:

Kematian ayah Leonardo yang ia renggut dengan tangannya sendiri, dunia berpikir kalau lelaki itu meninggal karena bunuh diri yang disebabkan depresi karena kebangkrutannya.

Di sudut ruangan, bayangan Leonardo memanjang di dinding, bergerak pelahan seperti makhluk hidup yang sedang mengintai mangsanya. Tapi Riccardo keliru besar jika mengira kartu truf itu akan membuat Leonardo tunduk.

Justru sebaliknya.

Di balik ketenangan permukaannya, dendam yang selama ini membara mulai berubah wujud—menjadi lebih dingin, lebih terukur, seperti pedang yang diasah diam-diam dalam kegelapan.

Leonardo mengambil langkah mendekati Matteo, pose tubuhnya sengaja dibuat lebih rendah—seolah setara, bukan mengancam. Suaranya keluar berat, berpura-papa letih demi Matteo:

"Dengar, Matt. Melawan Tuan Riccardo sekarang hanya bikin kau terluka."

Matteo mengangkat pandangannya, mata merah oleh kemarahan dan kelelahan.

Leonardo melanjutkan, samb
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Sentuhan Panas Leonardo

    Damiano mengukur Isabella dengan tatapan yang membuat udara di antara mereka terasa padat."Aku setuju... tapi bukan berarti aku percaya padamu," ujarnya, langkahnya mendekat seperti predator. Isabella merasakan keringat dingin mengalir di tulang belakangnya—trauma masa lalu bangkit kembali, tapi kali ini, dia menahannya."Kamu... takut?" Damiano menyeringai, napasnya menghangatkan kulitnya.Isabella mendorong dadanya dengan telapak tangan yang tegas. "Bukan maksudku menolak, Tuan Damiano. Tapi selama aku masih istri Matteo secara hukum, ini tidak benar."Mata Damiano menyempit. "Kau memprovokasiku untuk membantumu bercerai?""Aku sudah kabur dari rumahnya sejak tiga bulan lalu," bantah Isabella, suaranya datar.Damiano tiba-tiba mundur seolah tersengat. "Kau bersama Salvatory?"Isabella menahan napas."Tuan Damiano—""Aku tidak akan menyentuhmu," potong Damiano kasar, berbalik ke jendela. "Keluargaku terikat sumpah pada Salvatory. Tapi ingat—perlindungannya tidak abadi."Mata Isabell

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Jangan Mati!

    Matteo menatap Isabella dengan dingin. Posisinya terjepit, tidak ada ruang untuk melarikan diri. Napasnya tersengal, suaranya gemetar penuh keputusasaan."Ini gila, Matteo... Aku tidak bisa percaya kau melakukan ini."Matteo menyeringai, nada bicaranya menusuk. "Kenapa? Tadi kau begitu bersemangat melawan. Tiba-tiba menyerah?""Aku istrimu!" Isabella membentak, suaranya parau."Kau memang istriku," Matteo mengakui dengan datar. "Tapi tubuhmu sudah dinikmati kakak angkatku. Jadi, apa salahnya jika aku juga mengambil manfaat darimu sekarang?"Perkataan itu seperti tamparan. Isabella menahan isak, rasa malu dan kemarahan membara di dadanya. Mungkin dia salah karena berselingkuh dengan Leonardo—tapi Matteo yang mendorongnya ke situasi itu. Dan sekarang, dialah yang terjebak, terhina, tanpa daya."Aku mengaku, Matteo," bisiknya, suaranya lemah. "Aku bersalah telah berselingkuh dengan Leonardo. Tapi kau yang memulai semuanya."Matteo tertawa, puas melihatnya terjatuh. "Akhirnya kau mengakui

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Jadilah Simpanan Damiano!

    Isabella tercekat. Tangannya gemetar tak terkendali saat meneliti dokumen itu lebih detail. Matahari senja yang menyelinap dari jendela gudang menyorot deretan angka nol yang tak terhitung - deposito, saham, properti mewah di berbagai kota, bahkan koleksi seni ibunya yang legendaris."Ini... tidak mungkin..." desisnya, suara serak karena shock. Jantungnya berdebar kencang sampai-sampai dia bisa mendengarnya di telinga sendiri. "Selama ini... Riccardo... pantas saja dia..."Kilasan ingatan muncul - Riccardo yang selalu bersikeras Matteo harus tetap dekat dengan Isabella, sikap overprotective mertuanya yang tiba-tiba masuk akal dan pertemuan sampai pernikahan itu semua skenario Riccardo. "Dia bukan melindungiku," bisik Isabella dalam hati, mulutnya terasa kering. "Dia melindungi hartanya."Matteo mengamati reaksinya dengan senyum predator. "Akhirnya kau mengerti," godanya sambil menyentuh lembaran dokumen dengan jari telunjuknya. "Selama ini kau hanya domba berbalut bulu emas yang dijag

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Kesepakatan

    Isabella menatap pesan balasan Matteo hingga layar ponselnya menggelap. Jari-jarinya yang biasanya mantap kini gemetar ringan."Aku akan menemanimu sampai depan," ujar Leonardo, menekan pundak Isabella dengan kuat. "Aku sudah atur tim terbaik di sekeliling gedung. Jika ada yang tidak beres—""Kau akan masuk," Isabella menyelesaikan kalimatnya sambil menarik napas dalam. "Tapi kuharap tidak sampai perlu."Leonardo mengangguk, matanya gelap. "Ingat, jangan terpancing. Kau hanya perlu membuatnya bicara."Di gudang tua di pinggiran kota — tempat yang sengaja dipilih Matteo untuk memastikan tidak ada gangguan.Begitu mobil Isabella berhenti, dua lelaki bertubuh kekar langsung mendekat."Tas dan ponsel. Tinggalkan di sini," perintah salah satu mereka dengan suara datar.Isabella mengerutkan kening. "Aku butuh ponselku—""Peraturan Matteo," borgol tubuhnya dengan tatapan kosong.Dengan enggan, Isabella menyerahkan tas kecilnya. Salah satu penjaga segera memeriksa isinya dengan kasar, sementa

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Kebakaran

    Paginya, Isabella kembali ke kamar utama dengan rambut masih lembab dari keringat setelah jogging pagi di taman. Udara segar dan sinar matahari biasanya mampu menenangkan pikirannya, tapi pagi ini kegelisahan tetap menggelayuti seperti bayangan yang tak mau pergi. Merasa otot-ototnya masih kaku dan pikiran penuh tekanan, dia melepas pakaian olahraganya dan mengisi bak Jacuzzi dengan air hangat.Saat tubuhnya perlahan terendam, dia mendesah legas ketika kehangatan air mulai melumerkan ketegangan di pundak dan punggungnya. Uap air membentuk kabut tipis di permukaan, seolah ikut menyelubungi kegelisahan yang mencoba dia tenggelamkan. Di sudut kamar, Leonardo yang sudah selesai mandi sejak tadi sedang bersandar di kepala tempat tidur dengan tablet di tangan, tapi matanya lebih sering tertuju pada Isabella daripada layar di depannya.Matanya sesekali mengalihkan pandangan dari layar ke Isabella, memerhatikan bagaimana tubuhnya perlahan melemas di bawah semburan air hangat. Namun, ketenanga

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Waktu Itu Akan Datang

    Leonardo berjalan mengendap setelah memastikan Isabella tertidur pulas. Tangannya yang besar sempat menata kembali selimut yang menutupi tubuh Isabella, sebelum bibirnya menempel di keningnya - sebuah ciuman yang penuh janji dan perlindungan.Ponsel di sakunya bergetar tak henti. Begitu keluar dari kamar, layar ponsel menyala dengan deretan notifikasi email. Cahaya birunya menerangi rahang tegasnya yang mengeras saat membaca isi pesan.Leonardo berdiri di balkon kamar kerjanya, dinginnya udara malam menusuk melalui kemeja tipis yang ia kenakan. Ponsel di tangannya terus bergetar, memancarkan cahaya biru pucat yang menyinari garis-garis tegas di wajahnya. Satu per satu email masuk, masing-masing membawa potongan informasi berharga tentang buruan mereka.Email Pertama membuka tabir lokasi Damiano:The Mark Hotel, New York. Suite termahal di lantai penthouse. Foto lampiran menunjukkan kamar mewah dengan pemandangan Central Park, sebotal champagne Dom Pérignon tahun 1988—vintage favorit D

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status