Semua Bab DENDAM LUKA LAMA: Bab 11 - Bab 20

DENDAM- Dua Hari di Surabaya Pria itu masih diam hingga sebuah panggilan telepon membuatnya berpaling. "Halo. Ya, Mbok.""Mbak Alina jatuh dari tangga, Mas. Di bawa ke rumah sakit oleh Ibu dan sopir."Mendengar omongan orang di seberang, spontan membuat pria itu terkejut. Segera dimatikannya ponsel dan memandang Rendy, asisten pribadinya. "Aku harus pergi, Ren. Mbak Alina masuk rumah sakit," ujarnya sambil tergesa menutup laptopnya.Belum sempat Rendy menjawab, bosnya telah melangkah cepat keluar ruangan. Lelaki itu termangu di tempat duduknya. Padahal ada pekerjaan yang harus mereka bahas. Semua kalau menyangkut tentang sang kakak, bosnya tidak peduli pada yang lain.🖤LS🖤Tiga bulan kemudian ....Hening terasa di kamar Vania. Hari demi hari, selalu deg-degan setiap kali membuka laman resmi hasil Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD).Hari-harinya kini bukan lagi tentang pasien, status gawat, atau putaran jadwal jaga di rumah sakit. Tapi tentang satu hal. Men

Mereka rupanya sudah tahu pengumuman itu. Bu Endah memang selalu memantau pengumuman hampir setiap jam. Meski via video call, mereka penuh suka cita menyambut kelulusan Vania."Malam ini kutraktir kamu makan spesial. Kita rayakan kelulusanmu, Teman." Tara berujar setelah Vania selesai video call dengan kedua orang tuanya. Vania tidak bisa mengungkapkan kebahagiaannya. Ini yang ia tunggu. Satu momen yang bisa mengobati luka hatinya. Dia akan bangkit melanjutkan tahapan berikutnya. "Nggak lama lagi kamu akan melakukan pengambilan sumpah dokter, kan?" tanya Tara."Iya. Setelah itu internship setahun di faskes," jawab Vania."Semoga kamu nggak ditempatkan jauh-jauh dari rumah. Biar kita masih punya kesempatan untuk hangout bareng.""Semoga saja," jawab Vania tak bisa menyembunyikan rona bahagianya. Kini dia kembali memiliki harapan lagi. Kemudian dia asyik membalas pesan rekan-rekan koas. WAG juga heboh seketika itu. Saling memberikan ucapan selamat, juga memberikan semangat pada rekan

"Aku tahu, kamu bukan lelaki seperti ini, Bro. Sudah lama aku mengenalmu. Dia gadis yang baik. Mencintai dan mempercayaimu dengan tulus. Kalau hukuman kamu berikan padanya, ini sangat kejam dan tidak adil. Dia tidak tahu apa-apa. Selama ini Vania mengenalmu dengan nama Sagara, bukan Erlangga," lanjut Rendy.Kemudian mereka sama-sama terdiam. Rendy ingat bagaimana sahabat sekaligus bosnya ini selalu membantunya selama ini. Membuatnya menjadi lelaki yang lebih berharga daripada sosok yang dulunya hanya tinggal di rumah papan di pinggir rel kereta api bersama ayah dan ibunya.Mereka menjalani banyak hal bersama-sama. Rendy tahu bagaimana Erlangga berusaha membuktikan dirinya layak menggantikan papanya di perusahaan, setelah sang papa meninggal. Sementara saudara papanya hendak menyingkirkan Erlangga agar mereka bisa menguasai sendiri Buana Raya. Untungnya sang kakek percaya dan membelanya.Di samping itu, Rendy tahu bagaimana Erlangga merawat kakaknya selama ini. Satu-satunya saudara yan

DENDAM - Kenapa kamu diam?Erlangga mendekat. Lantas mereka duduk saling berhadapan. Pria itu tak mengalihkan pandangan dari Vania. Sedangkan Vania merasakan sesak napas secara tiba-tiba. Tubuhnya menggigil, bukan karena dingin suhu AC restoran, tetapi karena gemuruh emosi yang tak tertahankan di dada. Di hadapannya, duduk pria yang sudah berhasil memporak-porandakan harga dirinya."Maaf." Satu kata yang terucap dari bibir laki-laki itu. Sebab Erlangga ingat pesan Vania lewat Rendy, dia tidak ingin mendengar apapun selain kata talak.Vania menarik napas panjang. "Terima kasih sudah datang. Aku cuma mau satu hal sekarang. Cerai. Itu saja. Lainnya aku nggak butuh penjelasan," ucap Vania dengan tatapan tajam.Erlangga terdiam. Napasnya juga berat, seolah menyimpan sesuatu. Hanya dirinya yang memahami. Dia juga mengerti betapa terlukanya sosok di hadapannya sekarang. Dan dia tidak tega untuk mengatakan sesuatu yang akan melukai Vania lebih dalam lagi. "Aku minta maaf." Akhirnya itu yang

"Sini kugendong." Erlangga membiarkan dua kruk roboh ke lantai. Kemudian membopong sang kakak menuruni tangga. Dia tidak ingin terjadi sesuatu yang membuat kondisi Alina kembali memburuk.Mina yang muncul dari tangga, tergesa berlari untuk mengambil kruk majikannya yang tergeletak di lantai. Terlihat dia merasa sangat bersalah dan takut pada Erlangga."Sudah berapa kali saya bilang, jangan tinggalin Mbak Alin di atas." Erlangga marah pada gadis itu."Maaf, Mas." Mina menunduk."Jangan marahin dia. Mbak yang menyuruhnya tadi," bela Alina. Walaupun karena dibayar, tapi Mina yang setiap saat ada di sampingnya."Kamu pasti lelah mengurusiku," ucap sang kakak setelah diturunkan di sofa ruang keluarga."Nggak usah ngomong begitu," jawab Erlangga. Walaupun terkadang dia menyesalkan, kenapa kakaknya tidak ada semangat sama sekali untuk bangkit. Ini yang membuatnya sulit untuk benar-benar bisa pulih. Sudah bertahun-tahun dan ini bukan waktu yang sebentar. Pernah mulai bersemangat, tapi kembali