Bab — Luka yang Masih MengangaAyudia berdiri dengan pandangan yang kosong, matanya diam-diam mengikuti setiap gerakan punggung lebar Ardhan yang saat ini tengah merapikan pakaian kerjanya. Laki-laki itu bergerak tenang, rapi, presisi, seolah semua hal di sekitarnya harus berada pada tempat yang tepat. Kemeja putihnya baru saja disetrika, jas hitam tergantung sempurna di pundaknya, dasi ia rapikan sendiri dengan gerakan yang sudah terbiasa. Tidak ada suara, tidak ada percakapan, hanya gesekan kecil kain dengan kulit dan bunyi geser hanger yang menemani kesunyian ruangan itu.Semenjak akad nikah mereka kemarin, Ayudia dan Ardhan sama sekali belum pernah berbicara, bahkan sekadar bertukar sapa yang sederhana. Hubungan mereka seperti dua orang asing yang baru saja ditempatkan dalam satu ruang yang sama, tetapi dipaksa mengikat diri dengan sebuah ikatan besar bernama pernikahan. Bukankah pernikahan seharusnya menyatukan dua hati? Bukankah seharusnya ada senyum, doa, dan harapan yang melin
Huling Na-update : 2025-08-24 Magbasa pa