Arlan mencondongkan tubuh ke depan, tangan bertumpu pada meja, tatapannya menusuk. “Sekali lagi kalian sebut nama Sevi dengan cara kayak tadi,” katanya perlahan, “kalian bakal berurusan bukan cuma sama aku… tapi dengan pengacara dan polisi.”Ia tak ingin menarik perhatian lebih dari ini, setelah memberikan peringatan, ia membalikkan badan dan mencoba fokus pada kue yang masih disiapkan. Nama nya pun dipanggil, kue yang ia inginkan akhirnya selesai, ia menoleh sekilas sebelum benar-benar berjalan keluar, salah satu dari dua lelaki itu tiba-tiba berdiri. Kursinya terseret kasar, matanya menyala penuh tantangan.“Heh! Lo kira lo siapa, ngancem-ngancem orang di tempat umum?!” suara lelaki itu menggelegar.Arlan mengerutkan alis. Ia tidak punya waktu untuk ini. Sevi sedang menunggunya.“Aku udah bilang yang perlu aku bilang,” balas Arlan datar. “Urusan selesai.”Namun lelaki itu melangkah cepat, berdiri hanya satu jengkal dari wajah Arlan.“Atau lo cuma berani ngomong doang? Gimana kalo k
Last Updated : 2025-11-18 Read more