Sevi menatap leher Arlan, garis tegas yang entah mengapa membuatnya ingin menyentuh. Jemari halusnya perlahan naik, berhenti di kulit pria itu. Gerakan spontan yang bahkan membuatnya sendiri terkejut. Arlan, yang biasanya tegas dan dingin, kini terdiam. Pandangannya tak lepas dari Sevi, sementara kerongkongannya bergerak menelan ludah. Ia jelas merasakan sesuatu, tapi memilih untuk tidak segera bereaksi.Semakin lama, tubuh Sevi mendekat, mendesak ruang di antara mereka hingga hampir lenyap. Nafasnya beradu, dan hanya butuh satu tarikan waktu, keduanya akan saling terjerat dalam pelukan yang tak seharusnya. Namun, sebuah ketukan di pintu memecahkan momen rapuh itu.“Pak Arlan, maaf mengganggu…” Suara Mila, staf administrasi, terdengar dari balik pintu.Sevi sontak tersentak, buru-buru menarik diri. Jantungnya berdegup kencang tak karuan. Wajahnya panas, tubuhnya kaku. Ia menunduk, mencari alasan untuk kabur dari situasi memalukan ini.“Saya… saya kembali ke meja, Pak,” ucapnya terbata
Huling Na-update : 2025-08-22 Magbasa pa