All Chapters of ENAK, PAK DOSEN!: Chapter 101 - Chapter 110

Tetapi, belum saja hal itu terealisasikan, Damar malah malah menyulut api dalam dadanya. Ia meremas kuat sampul sertifikat berwarna hijau agak kebiru-biruan itu saat Damar masih sibuk melihat ponselnya pagi ini. “Aku benar-benar tidak terima. Harta yang diberikan pada aku hanya sekitar 6 Milliar. Itu hanya satu per 10 dari milik Diana. Itu kah yang dikatakan dia sebagai adil?” kecam Caroline sambil mengantarkan suaminya ke depan sana dengan amarah yang sudah tidak dapat ditahan. Tanpa dia tahu, sebenarnya sebagian besar harta Maya diberikan pada Diana dan Shanum semua. Sedangkan Damar sendiri hanya meninggalkan aset yang sama besarnya dengan Carol. Yaitu aset Diana sebesar 6 Milliar, sama besarnya dengan milik Shanum. Total 18 Milliar untuk 3 orang. Karena Shanum adalah putrinya Damar, maka harta milik ayahnya Damar langsung diatasnamakan Shanum se

“Memang! Aku memang munafik, kuakui itu. Aku tidak menyukaimu sejak dulu. Kau tahu, aku terpaksa menerimamu. Aku terpaksa membohongi diriku sendiri. Aku tak rela berbagi. Dan sialnya, Damar malah memujamu bak seorang Dewi. Sementara aku? Aku harus mengemis cinta oadanya sejak dulu! Selama bertahun tahun dia mencintaimu! Dia hanya menganggapku tempat pembuangan benih, tidak lebih. Saat ejakulasi, dia kadang menyebut namamu! Kau tahu, itu sangat sakit! Aku memiliki raganya, tidak hatinya!" Terang Caroline dengan jujur. Sudah kepalang basah, mengelak pun percuma. Bukankah menceburkan diri lebih baik untuk saat ini? Toh, kedoknya sudah terbongkar, kan? Mau diapakan, ia tetap salah "Hidupmu menyedihkan. Mati saja kamu menyusul Pak Damar! Pergi saja ke sana dan minta maaflah! Istri tak tahu di untung dan durhaka! Untungnya aku tak mau menjadi madumu!" seru Diana dengan bahu bergetar. Wajahnya memerah dnegan otot di leher yang menonjol kuat."Itu semua kulakuka

Tapi jika tak salah, kenapa ada hantunya Damar yang sangat tampan di sana? Di depannya dan menatapnya dengan binar bahagia?Jadi, mana mungkin ada Damar Damar lain yang tiba-tiba saja hadir di kantor kepolisian seperti ini? Diana menggeleng tak yakin.Sementara laki-laki yang sangat persis dengan Damar tersebut kemudian mendekat lebih dekat lagi dalam jarak 2 meter."Apa putri kita tidak ikut ke sini?" tanya Damar dengan lembut. Dia mendekati Diana yang mematung bak Patung Pancoran.Diana menatap dengan seksama. Itu jelas saja Damar! Bagaimana bisa Damar bangkit? Atau, itu adalah trik pesugihan Damar?Bahkan, wajah pria itu tidak terluka sama sekali. Halus dan mulus tak ada jambang atau pun memar. Diana menatap satu tahi lalat yang berada di daun telinga bagian depan. Benar itu Damar. Tetapi, bagaimana bisa Damar hidup lagi?"Diana, ini aku," ujar Damar berusaha untuk menyakinkan ke wanita tersebut. Dia mendekat, memelankan langkah.Wajar jika Diana syok.

"Tentu saja sebenarnya aku tidak rela. Tapi mau bagaimana lagi? Kita tidak mempunyai pilihan. Tidak masalah mengenai hal itu, Mama jangan cemas berlebihan. Toh kemarin Mas Damar bilang jika dia kan memberikan uang dan juga sebagian hartanya jika aku mau menerima Diana.""Hanya itu satu-satunya kesempatan untuk meraup untung yang lebih banyak, Ma. Aku harus mempertahankannya. Mama tahu, total harta milik Mas Damar itu hampir 100 miliar. Aku tidak mungkin melepaskanmu dia. Itulah alasan ku dari dulu kenapa aku tidak mau berpisah dengannya. Mama sih tidak mau setuju dan malah memperkeruh keadaan. Kalau sudah begini, Mama buru-buru mendukung Mas Damar untuk menikah. Mama munafik, Deh!" sungut Caroline menjelaskan panjang lebar."Dan sekarang malah Mama menambah masalah dan membuat perusahaan kita hampir bangkrut karena terbelit banyak hutang. Aku harus segera mendekati Diana supaya harta yang sudah ber atasnamakan dia itu bisa ke aku curi untuk menutupi kekurangan dana di perusa

Caroline melepaskan diri. Dia mendekati Damar lagi dan menatap lelaki itu dengan lekat."Jadi Mas ... Kamu belum ...." Caroline hendak menyentuh wajah Damar, namun tentu saja tak bisa mana kala tangannya diborgol dan kedua polisi mencekal pergelangan tangannya."Ya, ini aku. Aku belum meninggal. Apa kabar? Sudah puas dengan rencanamu yang ternyata berakhir dengan berantakan?" tanya Damar mendekatkan wajah. Pria tampan itu menyorot Caroline dengan tatapan menyeramkan. Ingin rasanya mencekik wanita itu supaya tak lagi membuat ulah konyol yang merugikan diri sendiri.l dan orang orang sekitarnya.Bahkan karena ulah Carol yang keterlaluan itu, Damar harus membayar orang yang sangat banyak—untuk mendukung aksinya beberapa hari lalu. Tapi, uang tak masalah baginya. Hanya saja dia harus meminta maaf pada semua teman dan juga rekan bisnisnya karena kabar kematiannya kemarin.Mungkin kalau di film, iaa patut mendapatkan apresiasi berupa piala dan juga pantas dinobatk