“Hai, Shanum.” Caroline melepas tautan tangannya pada Damar dan menyapa anak tirinya itu.“Hai, Bunda.” Bocah kecil tersebut tersenyum kearah istri pertama ayahnya.“Besok kamu mulai sekolah. Mau?” tawar Damar dengan lembut, mengambil hati putrinya.“Mau, mau, mau, aku mau sekolah!” girang Shanum lagi sambil mengangkat kedua tangannya.“Ok. Besok ayah antarkan ke sekolah,” ucap Damar lagi sambil tersenyum. Dia emmasang wajah ramah pada Shanum kali ini.Diana kemudian memprotes. “Pak, siapa yang akan menunggu Shanum nanti? Aku masih seperti ini,” keluhnya.“Kenapa harus bingung, Diana? Kami bisa mempekerjakan seorang pengasuh,” usul Caroline dengan tersenyum ke arah calon madunya itu.Diana menggeleng ke arah dua pasangan suami istri ini. ”Tidak perlu, Mbak. Tidak usah berlebihan seperti itu,” elaknya.“Kalau kamu tidak mau memakai pengasuh, biarkan mama saja yang menunggu Shanum.” Mama Mayang menawarkan diri. Beliau mengelus rambut Shanum dengan lembu
Huling Na-update : 2025-09-01 Magbasa pa