“Mas Ilham, kan, Non?” Ririn yang masih sibuk mengiris bawang di atas talenan seperti tak sabar untuk bertanya begitu melihat Anya meletakkan gelas di wastafel. Suaranya datar, seolah hanya bertanya soal menu makan malam. Tapi pertanyaan itu begitu tajam, membelah keheningan sore yang masih basah oleh gerimis.Pertanyaan itu datang dengan mata penuh binar, akhirnya bisa ia tanyakan setelah beberapa jam memendam rasa penasaran. Kesempatan itu datang ketika Anya turun menuju meja makan usai melaksanakan kewajiban salat magrib—untuk pertama kali setelah beberapa hari uzur. Namun, sepertinya makan malam belum siap. Anya menoleh sambil mencuci tangannya di wastafel. “Hah? Gimana, Mbak?” tanya Anya yang bertujuan mengkonfirmasi pertanyaan wanita yang tujuh belas tahun lebih tua darinya itu.“Itu, suaminya Non Anya. Mas Ilham, kan, ya? Saya, sih, berharapnya Mas Ilham. Udah ganteng, baik, rajin ibadah, biar pun sederhana, tapi yang penting, ‘kan, pribadinya baik, Non.” Ririn menyuarakan a
Zuletzt aktualisiert : 2025-10-29 Mehr lesen