“Ssstttttt, jangan berisik. Gak usah teriak kayak gitu.”Arkana menatap ke arah istrinya dengan tatapan dingin. Tangannya terangkat, telunjuknya menempel di depan bibir. Ia seolah sedang menenangkan, padahal jelas sekali hanya ingin membungkam. Sementara itu, Luna sudah tidak kuat lagi menahan perasaan. Air matanya jatuh begitu saja, membasahi pipinya. Kedua sudut matanya terasa panas, dadanya sesak, dan rasa perih memenuhi hatinya.“Oke, kita bercerai. Tapi tidak sekarang.” Ucapan Arkana meluncur begitu enteng, seolah tidak ada beban. Justru itu yang membuat hati Luna semakin remuk.Luna menatapnya penuh kebencian, seolah matanya ingin menusuk lelaki yang duduk di sampingnya itu. “Kenapa? Kenapa kamu gak mau ceraiin aku, sementara hidupmu hanya kau isi dengan menyakitiku?” suaranya bergetar, penuh emosi. Ia benar-benar tidak habis pikir bagaimana bisa ada lelaki sekejam Arkana, yang seolah-olah menikmati setiap luka yang ditorehkan pada istrinya sendiri.Air matanya makin deras. Bay
Last Updated : 2025-09-27 Read more