Tangan Luna mendadak dingin. Dia masih duduk di dalam mobil Devan, tapi entah kenapa tubuhnya terasa gak tenang. Dari tadi dia menggoyang-goyangkan kaki, menggigit bibir bawah, dan meremas jari sendiri seperti orang lagi nunggu giliran disuntik. Devan yang fokus menyetir sampai ikut terganggu melihat kelakuannya.“Kamu ikut minum obat pencuci perut itu?” tanya Devan, separuh khawatir, separuh bercanda. Dia takut Luna juga kena efek jebakan yang tadi dia rancang buat Arkana.Luna menoleh cepat, menggeleng, matanya agak melotot. “Enggak lah, pak.”“Terus kenapa duduknya kayak orang bisulan?” tanya Devan lagi, matanya masih lurus ke depan. Ucapan Devan justru bikin Luna makin geregetan bercampur gugup.“Bapak gak tahu orang gugup, ya?” sembur Luna, suaranya agak tinggi karena menahan kesal.Bukannya marah, Devan malah tertawa kecil. “Gugup karena mau ketemu nenek?”Luna langsung diam. Tebakannya pas. Devan memang tahu persis. Lalu Luna mengangguk pelan, tanpa berusaha menyangkal.“Nenek
Last Updated : 2025-10-07 Read more