“Lun, buka dulu tanganku,” pinta Devan.“Nanti, Pak. Biar Bapak tahu rasanya jadi saya waktu tangan saya di borgol,” balas Luna.Devan berdecak kesal. Tangannya gatal sekali ingin menyentuh dan meremas dada sang sekretaris. Tapi apa boleh buat, jangankan menyentuh, melirik saja tidak diizinkan oleh Luna. Baginya ini seperti siksaan yang membuatnya ingin melawan tapi tidak bisa berbuat apa-apa.Hening beberapa saat. Devan memilih diam, menunggu Luna yang sibuk dengan urusannya entah apa. Ia menghela napas panjang. Sampai suara Devan kembali terdengar lagi di kamar hotel tempat Luna tidur.“Kamu lagi melototin milikku, ya?” tebak Devan ngasal.“Kepedan,” jawab Luna singkat. Suaranya terdengar agak jauh, membuat Devan yakin tebakannya salah besar. Ia mengerutkan kening. Kalau benar tidak salah dengar, suara Luna seperti datang dari arah ruang ganti dekat balkon.“Paaak,” panggil Luna lagi.“Iya,” sahut Devan malas.“Kalau misalnya Arkana mau cerai, berarti Bapak bener ya bayarin saya dul
Last Updated : 2025-09-20 Read more