“Siapa ya yang bayarin tadi?” Mayang masih terlihat bingung meski mobil sudah melaju. Dia melirik Luna sebentar lalu kembali fokus ke jalan. “Kasir itu harusnya bilang siapa nama yang bayarin, kan? Jadi kita bisa ucapin terima kasih langsung. Nggak kayak tadi, kita malah bengong doang.”Luna tersenyum tipis, lalu menjawab santai, “Pak Devan yang bayar.”“Huh? Jangan becanda, Lun,” sahut Mayang cepat. Dari cara bicaranya jelas menolak percaya pada ucapan sahabatnya.“Nih, pesannya,” Luna langsung menunjukkan ponselnya. Pesan singkat dari Devan terpampang jelas, dan Luna mengangkat sedikit ponselnya agar Mayang bisa melihat.Kebetulan lampu lalu lintas berubah merah, jadi Mayang bisa membaca sekilas. Matanya melebar. “Ya ampun, Pak Devan baik bener…. Tapi jadinya aku tetep utang traktir sama kamu. Gagal total niatku mau traktir hari ini.” Dia mendesah panjang, lalu menambahkan dengan nada setengah bercanda, “Ya udah deh, lain kali aja kita kesana. Asal jangan ada Pak Devan di restoran
Last Updated : 2025-09-14 Read more