Darahku seketika rasanya langsung berhenti mengalir. Tanganku, yang baru saja sempat bebas dari genggaman Devan, masih menggantung kikuk di pangkuan. Aku pun buru-buru menariknya ke atas meja, meraih gelas air untuk menutupi rasa gugup.“Oh nggak, cuma lagi tek pijit-pijit pelan, tadi pegel aja, tadi abis pegang laptop lama,” jawabku cepat, mencoba tertawa kecil.Suara tawaku terdengar canggung bahkan di telingaku sendiri. Siska mengangguk pelan, tapi matanya bergerak cepat ke arah Devan, pandangan yang sulit ditebak, seakan penuh rasa ingin tahu.Akan tetapi, Devan tetap tenang. Pria itu bahkan bisa tersenyum tipis sambil menjawab, “Tadi Cleo bantu presentasi laporan proyek, wajar aja tangannya agak capek. Saya yang nyuruh, makanya saya kasih kompensasi buat traktir makan siang dia di sini.”Nada bicaranya datar, tapi ada sesuatu di dalam suaranya yang membuatku ingin menatapnya. Aku menahan diri.Siska hanya tersenyum lagi, tapi kali ini senyumnya berbeda.“Oh gitu, ya. Kayaknya Mba
Last Updated : 2025-10-24 Read more