Ziona menoleh dan langsung melihat wajah Rafatar yang penuh kemenangan."Aku yang lihat duluan," kata Ziona sambil mengernyit. "Balikin!"Rafatar menjulurkan lidah, membuat wajah usil. "Siapa cepat dia dapat!"Ziona juga ingin minuman itu, apalagi dia yang pertama kali melihatnya. Kalau dulu, dia pasti akan diam dan mengalah pada kakaknya.Namun, belakangan ini ibunya bilang padanya, siapa pun yang berani menindasnya, boleh dilawan.Belum sempat dia mengulurkan tangan untuk merebut botol itu kembali, tiba-tiba ada sosok yang berdiri di antara dirinya dan Rafatar.Sierra menunduk memandang Ziona dari atas, suaranya datar. "Kalian rebutan apa?"Nada bicaranya terdengar biasa saja, tetapi bagi anak kecil, tekanan itu terasa sangat menakutkan.Alis Ziona berkerut rapat, tangan mungilnya mengepal erat. Belum sempat bicara, matanya sudah berkaca-kaca.Gadis kecil itu berdiri kaku di tempat, seperti anak yang ditinggalkan tanpa ada yang peduli."Cengeng, mau nangis lagi? Sayangnya nggak ada y
Read more