Malam yang gelap perlahan tergantikan oleh sinar mentari yang menembus tirai kamar.Gavin masih tertidur di kursi dekat ranjang, tubuhnya tampak lelah. Ia tertidur tanpa sadar setelah semalaman menjaga Aira.Sementara Aira—yang sempat pingsan dan baru sadar di tengah malam—kembali terlelap karena pengaruh obat. Kini, matanya perlahan terbuka, kelopak itu berkedip beberapa kali, dan pandangannya langsung jatuh pada sosok Gavin yang tertidur di sampingnya.Aira menatap wajah itu lama. Dadanya berdetak cepat.Ada sesuatu yang meletup di dalam dada—hangat, aneh, dan menyakitkan sekaligus.Perasaan itu tak seharusnya ada. Gavin mencintai Lyra. Dan bagaimanapun, di mata Gavin, Aira hanyalah bayangan Lyra.Ia tersenyum samar, menatap alis tebal, rahang tegas, dan hidung mancung pria itu.Sungguh, ciptaan Tuhan yang sempurna... pikir Aira lirih.Saat Gavin menggeliat kecil, Aira buru-buru memejamkan mata, berpura-pura tidur. Ia tak berani berhadapan dengan lelaki itu—apalagi setelah mengingat
Last Updated : 2025-10-19 Read more