Raisa hampir tidak tidur sama sekali malam itu. Setiap kali ia berhasil memejamkan mata, percakapan teleponnya dengan Alan kembali terngiang di kepalanya. Ia baru bisa tidur sekitar jam tiga pagi, itupun karen matanya sudah terlalu berat dan mulai tertutup sendiri.Paginya, saat ia bangun, Gendis sudah berdiri di depan cermin, menyisir rambutnya. Sahabatnya itu menatap pantulan diri Raisa di cermin, wajahnya tampak khawatir.“Kamu kenapa?” tanya Gendis. “Semalam kamu kelihatan gelisah sekali, bolak-balik mengubah posisi tidur.”“Aku tidak apa-apa, Ndis,” jawab Raisa sambil turun dari ranjang. “Cuma kurang nyenyak saja tidurnya.”Gendis berbalik, menatap Raisa lekat-lekat. Ia jelas tidak percaya. “Jangan bohong, Ra. Ini pasti soal Pak Fajar, kan?” tanyanya dengan suara pelan. “Apa dia mencoba menghubungimu atau mengganggumu lagi semalam?”Pertanyaan Gendis merujuk pada cerita bohong yang Raisa berikan sebelumnya. Ini adalah kesempatan bagi Raisa untuk menutupi jejaknya.“Bukan begitu,”
Last Updated : 2025-10-04 Read more