Raisa mendongakkan wajahnya, menatap lurus pada pria yang berdiri di hadapannya. Tatapan pria itu begitu tajam, menusuk, seolah hendak menelanjangi isi kepalanya. Jantung Raisa berdegup cepat, bukan karena takut, melainkan karena dendam yang sudah lama ia pupuk di dalam dada. Ia hampir lupa, saat pertama kali bertemu, pria ini tampil begitu ramah. Senyumannya hangat, tutur katanya lembut, bahkan ia memperkenalkan diri dengan sopan seakan tak memiliki cela. Saat itu, Raisa yang masih polos percaya saja bahwa lelaki paruh baya itu sungguh-sungguh baik. Namun waktu telah membongkar topengnya. Di balik senyum ramah itu, ternyata tersimpan sebuah rencana busuk. Dan kini, setelah sekian lama, mereka kembali dipertemukan. Mata Raisa terasa panas, perih menahan emosi yang mendesak keluar. Tangannya terkepal begitu kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Ingin rasanya ia melepaskan tinju tepat ke wajah pria itu. Wajah yang kini dipenuhi kerutan halus, tanda usia yang tak bisa disembunyikan.
Last Updated : 2025-09-27 Read more