Suasana ruang perawatan itu terasa hening. Hanya suara pelan mesin detak jantung yang memecah sunyi, berdetak dalam ritme yang lambat tapi teratur. Lampu di langit-langit memantulkan cahaya lembut ke wajah Radit yang masih pucat. Tubuhnya terbaring lemah, sebagian tertutup perban, sebagian lagi diinfus dan tersambung ke alat pemantau.Velia duduk di kursi di sisi ranjang, rambutnya berantakan karena kurang tidur. Matanya sembab, tapi di balik kelelahan itu, ada senyum kecil setiap kali menatap wajah Radit. “Kamu pasti bisa, Dit…,” bisiknya pelan, suaranya serak namun penuh keyakinan.Pintu kamar terbuka perlahan. Bima masuk dengan langkah hati-hati, diikuti Dewi dan Rian. Faris muncul terakhir, menunduk sedikit. Mereka semua mengenakan pakaian santai, tapi dari wajah masing-masing masih tersisa sisa kecemasan.“Gimana?” tanya Dewi pelan, menatap layar monitor.“Masih stabil,” jawab Velia tanpa menoleh, masih menatap suaminya. “Dokter bilang… bisa butuh waktu beberapa hari sampai dia s
Terakhir Diperbarui : 2025-10-15 Baca selengkapnya