"Enggak Pak, kita harus bangun. Lepasin dulu, Pak!" "Lusi? Kaukah itu?" tanya Aron. Masih dengan suara mabuknya, ia terus meracau. "Jangan pergi Lusi, aku menyayangimu. Sayang... ayok kita tidur lagi. Tidur bersama," racaunya. "Tidak, Pak. Kita harus bangun. Ayok lepaskan aku dulu, aku bantu Bapak bangun." Namun sayang Aron terus mendekapnya dengan kencang dan tak memperdulikan permintaan Lusi sama sekali. "Pak, bangun! Sadar, Pak!" Lagi-lagi panggilan Lusi tak terdengar. Lusi pun berteriak meminta seseorang datang, tapi ia lupa kalau kamar Aron adalah ruangan kedap suara. Tidak ada yang bisa mendengar dari luar. Lusi berusaha lepas, masih berjuang dalam dekapannya. Namun selanjutnya, Lusi malah digulingkan sehingga ia yang terlentang di atas karpet dengan Aron yang berada di atasnya. "Lusi, aromamu membuatku candu," gumam Aron. Aron terus menyentuh tubuh Lusi, mencium pipinya dan tangannya bergerilya ke sana kemari. "Sayangku, kamu harum sekali. Aku suka."
Last Updated : 2025-11-16 Read more