Ruang pribadi Selir Ibu selalu berbau dupa manis yang menusuk hidung. Tirai merah tua bergelantungan di dinding, cahaya kristal biru membuat suasana remang dan mencekam. Saat Lian masuk, ia mendapati selir ibu sedang duduk di kursi utama, wajahnya berseri dan tampak sangat puas. Di sampingnya, Daiyu duduk dengan postur angkuh. “Ah, Lian. Kemarilah,” sambut Selir Ibu dengan senyum penuh arti. Daiyu melirik Lian dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan tatapan meremehkan. Selir Ibu mengangguk pada Daiyu. “Bagus sekali, Daiyu. Kau telah membuatku bangga. Besok, pastikan kau berikan yang terbaik, seperti yang selalu kau lakukan. Kemenangan harus menjadi milik kita.” “Tentu, ibu,” jawab Daiyu, suaranya licik. Ia memberi hormat cepat, lalu melirik Lian. “Aku akan memastikan tidak ada rumput liar yang menghalangi jalan kita.” Daiyu pun keluar, tawanya terdengar samar. Pintu itu menutup, menyisakan keheningan antara Selir Ibu dan Lian. Selir ibu memandang Lian dengan tatapan taja
Last Updated : 2025-10-04 Read more