Arkan berdiri dari kursinya dengan gerakan yang sangat mendadak hingga kaki kursi itu berdecit keras, memecah ketenangan restoran mewah tersebut. Tanpa sepatah kata pun, ia melangkah pergi dengan langkah lebar yang penuh amarah. "Tuan! Tunggu!" seru Luna. Ia terpaksa setengah berlari untuk menyamakan langkah di belakang punggung tegap itu. Di dalam lift yang sunyi menuju basement, atmosfer terasa begitu menyesakkan. Arkan berdiri kaku, menatap pintu metal di depannya dengan rahang yang terkatup rapat. Suasana di ruang sempit itu terasa lebih dingin daripada embusan AC di atas mereka. "Tuan, Anda menyakiti tangan saya," bisik Luna lirih saat mereka sampai di samping mobil. Arkan tersentak. Ia baru menyadari jemarinya masih mencengkeram pergelangan tangan Luna sejak mereka meninggalkan meja makan. Ia melepaskannya dengan sentakan kecil, seolah kulit Luna adalah bara api. Ia menatap bekas kemerahan di kulit putih itu sebelum egonya kembali menutup rasa bersalahnya. "Masuk," perinta
Last Updated : 2025-12-29 Read more