Malam berlalu seperti siksaan yang lambat. Efek ramuan itu benar-benar nyata; Luna merasakan seluruh tubuhnya digerogoti hawa panas yang membuatnya gelisah, namun setiap kali ia mencoba menjauh, Arkan akan menariknya kembali ke dalam pelukannya. Bagi mata kamera, mereka tampak seperti pengantin baru yang tak bisa terpisahkan, namun bagi Luna, setiap sentuhan Arkan adalah pengingat akan kontrak yang mencekik lehernya. Cahaya fajar menyelinap malu-malu melalui celah gorden beludru saat pintu kamar diketuk dengan otoritas yang tak terbantahkan. Luna tersentak bangun, menyadari bahwa ia sempat terlelap di dada bidang Arkan yang keras. "Waktunya bangun, Luna," gumam Arkan, suaranya serak khas orang baru bangun tidur, namun matanya langsung tajam waspada. Pintu terbuka tanpa menunggu izin. Nyonya Rina masuk dengan langkah anggun, diikuti oleh dua wanita berseragam medis putih yang membawa peralatan laboratorium portabel. Wajah Nyonya Rina tampak segar, kontras dengan Luna yang tampa
Last Updated : 2025-09-30 Read more