Setibanya di kamar, Valeria menutup pintu dengan kuat. Amarah dan rasa terhina membuat darahnya mendidih.“Apa katamu, Albert?! Kau menganggapku ART-mu?! Sialan! Najis!” geramnya, lalu mengacak-acak seprai.Sementara itu, Albert tampak tidak peduli, seolah kepergian Valeria hanyalah gangguan kecil.Berbeda dengan Elyssa, yang menatap kepergian Valeria dengan sorot mata penuh rasa bersalah. “Sepertinya omonganku tadi menyinggungnya. Aku jadi gak enak, Mas,” lirihnya. “Aku harus nemuin dia, Mas. Mau minta maaf.”Albert menahan lengan Elyssa yang hendak pergi."Sudahlah, Sayang. Biarkan saja dia," kata Albert, dengan nada dingin yang ditujukan pada Valeria yang sudah pergi. Ia lalu beralih ke Elyssa, memasang kembali topeng manisnya. "Kamu kelihatan lelah, Sayang. Lebih baik kamu istirahat saja di kamar. Beef Wellington biar nanti saja, aku bisa pesan delivery."Elyssa menggeleng. "Tapi aku mau masakin kamu, Mas. Lagian, aku gak capek kok.”Albert terus membujuk, nadanya kini lebih mende
Terakhir Diperbarui : 2025-11-04 Baca selengkapnya