Lampu bar kembali menyala stabil—tapi perasaan Amel tetap berguncang. Tangan Alex masih menahan pergelangannya, cukup kuat untuk menghentikan gerak, namun tidak menyakitkan. Justru sentuhan itu yang membuat seluruh tubuhnya menegang seperti teesengat aliran listrik. Alex menunduk sedikit, suaranya rendah namun tegas. “Jangan pegang kaca sembarangan. Nanti tanganmu bisa luka.” Amel masih tak berani menoleh. Napasnya pendek, hampir tercekik. Alex melepas pergelangannya perlahan, lalu berdiri kembali. Tanpa mengatakan apa pun, ia jongkok lebih dulu dan memungut serpihan kaca itu dengan hati-hati. Baru kali ini Amel melihat sisi itu. Dan justru karena itu, ketakutannya bercampur dengan sesuatu yang lain. Sesuatu yang tak mau ia akui. Tiba-tiba suara langkah sepatu terdengar dari arah dapur—cepat, sengaja, dan penuh nada ingin dilihat. Rani muncul dengan senyum tajam yang sengaja dibuat-buat. “Hai, Bos,” panggilnya manis, mendekat. “Saya lagi cari Bos dari tadi, ternyata Bos ada
Last Updated : 2025-11-14 Read more