Home / Mafia / SUAMIKU MANTAN GENGSTER / 19. Mulai Curiga

Share

19. Mulai Curiga

Author: DOMINO
last update Last Updated: 2025-11-19 08:38:42
Alex memutar kartu akses itu di jemarinya—pelan, nyaris hati-hati, seolah takut menyentuh sesuatu yang bisa meledak kapan saja.

Amel menatapnya, wajahnya semakin pucat. “Bos… ada apa di kartu itu?”

Alex tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap tulisan kecil di belakang kartu itu—tulisan yang terasa seperti suara seseorang yang memegang rahasia paling gelap dari malam ini.

Dia bukan orang pertama yang masuk kamar Amel malam itu.

Alex hampir bisa merasakan ruangan menciut. Suara monitor Lily terdengar lebih nyaring, detaknya menusuk ke kepalanya.

Perawat masih berdiri di dekat pintu. “Tuan Alex… saya tidak tahu siapa yang mengantar surat itu. Dia cuma bilang titip ini untuk anda… dan pergi sebelum saya sempat bertanya.”

Alex mengangguk tipis, tak mengalihkan pandangannya dari kartu itu.

“Terima kasih. Anda boleh pergi.”

Begitu pintu menutup, Amel langsung bangkit setengah berdiri.

“Bos… maksudnya apa? Kalau bukan orang hoodie itu yang pertama masuk… terus siapa? Siapa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • SUAMIKU MANTAN GENGSTER   74. Alex terjebak

    Mobil itu berbelok tajam, menyusuri jalan sempit yang basah. Lampu-lampu kota tertinggal, digantikan deretan gudang tua dan bangunan kosong. Hujan kian rapat, menelan suara mesin. Amel memejamkan mata sejenak, lalu membukanya lagi. Ia menahan gemetar, mencoba membaca arah dari setiap belokan. Kanan, kiri, lurus terlalu lama. Bukan jalan yang ia kenal. Tangannya yang terikat bergerak sedikit, cukup untuk merasakan denyut nadi sendiri. “Tenang aja,” suara dari kursi depan kembali terdengar. “Bos cuma pingin ketemu lo ko.” Amel tak menjawab. Ia tahu, setiap kata bisa jadi kesalahan. *** Di mansion, Alex berdiri di tengah ruang kontrol. Layar-layar menampilkan koridor kosong, gerbang tertutup, hujan yang jatuh tanpa saksi. Semua sistem aktif, normal, dan itu yang paling mengganggu. “Trace sinyal di radius tiga kilometer,” perintahnya. “Cari anomali. Mobil mati lampu, pola tak biasa.” Joni menekan panel. “Udah, Bos. Tapi… mereka bersih, tanpa jejak.” Alex mengepalkan tan

  • SUAMIKU MANTAN GENGSTER   73. Kehilangan Jejak

    Alex muncul di teras. Jaketnya setengah terbuka, bahu tegap. Di sisinya, anak kecil itu Lily... berlari kecil, tertawa menabrak udara. Alex menurunkan langkah, ia menoleh ke belakang sekali. Dua kali. Lalu... pandangan itu jatuh ke Amel. Amel berdiri di ambang pintu kaca. Rambutnya tergerai, wajahnya pucat di bawah lampu hangat. Ia mengangkat tangan kecil, isyarat sederhana dan Alex mengangguk. Hanya itu. Tapi bagi lensa di kejauhan, itu cukup. *** Di markas Black Dragon, Martin memandangi layar monitor yang menampilkan feed jarak jauh. Ia tak berkedip. Beni berdiri di belakangnya, tangan di saku, rahang mengeras. “Dia sudah menemukan dunianya” gumam Martin. “Anak itu… dan Amel.” “Kalau kita sentuh salah satunya...” Beni memulai. “Alex akan murka dan marah.” Martin menyelesaikan, tenang. “Dan dia tidak akan tinggal diam.” Martin menggeser kursi, berdiri. “Aktifkan fase dua.” Di layar lain, peta kota menyala. Titik-titik bergerak pelan... bukan mendekat ke mansion, mela

  • SUAMIKU MANTAN GENGSTER   72. Pengintaian

    Markas Black Dragon tenggelam dalam cahaya redup. Lampu neon tua berdengung pelan di langit-langit, memantulkan bayangan panjang di dinding beton yang berbau asap rokok dan oli. Di tengah ruangan, Martin duduk santai di kursi kulit hitamnya. Jemarinya mengetuk-ngetuk sandaran. Pintu besi berdecit. Seorang pria dengan pakai preman... anak buah Martin, dia melangkah masuk. Bajunya basah oleh keringat, rahangnya tegang. Ia berdiri beberapa meter dari Martin, menelan ludah sebelum bicara. “Bos,” katanya. “Kami mengintai dari kejauhan karena mansion Alex… nggak aman kalau didekati.” Martin mengangkat alis, sedikit saja. Isyarat untuk lanjut. “Penjagaan berlapis,” lanjutnya. “Gerbang depan, sisi taman, bahkan jalur belakang. Kami pakai teropong dari bukit seberang.” “Terus?” potong Martin, suaranya rendah. Dia menarik napas. “Kita lihat sesuatu yang… beda.” Martin berhenti mengetuk. Ruangan terasa menyempit. “Alex,” kata si pengintai, “dia sangat peduli, bukan pura-pura.” Ia meng

  • SUAMIKU MANTAN GENGSTER   71. Pagi yang romantis

    Dari kejauhan, Maria berdiri di bawah bayang pohon flamboyan. Tangannya terlipat di depan tubuh, sikapnya seperti biasa—tenang, menjaga jarak. Namun matanya tak lepas dari tiga sosok yang berjalan perlahan di tengah taman. Lily mengayun tangan mereka, tertawa kecil setiap kali langkahnya meloncat tak seirama. Amel menyesuaikan langkah, sesekali menunduk untuk mendengarkan celoteh Lily. Alex… berjalan di sisi lain. Bahunya tegak seperti biasa, wajahnya tetap datar. Tapi Maria melihat Alex sangat peduli pada Lily seperti... saat dia menurunkan langkah agar sejajar dengan Lily, jemarinya menguat setiap kali Lily tersandung sedikit. Senyum tipis terbit di bibir Maria. Hangat. Lama tak ia rasakan pemandangan seperti itu di mansion ini. Langkah sepatu mendekat dari sisi taman. “Maria? Ngapain lo disitu.” Maria menoleh. Joni berdiri beberapa langkah darinya, jaket kulit terbuka, kacamata hitam diselipkan di kerah. Tatapannya mengikuti arah pandang Maria—lalu berhenti. “Bos…” gumamny

  • SUAMIKU MANTAN GENGSTER   70. Kenapa terasa hangat

    Amel melangkah pelan ke ruang makan. Dress sederhana berwarna ungu bunga-bunga membingkai tubuhnya tanpa berusaha mencuri perhatian. Rambutnya terikat rapi, menyisakan beberapa helai halus di pelipis. Ia berhenti sejenak, memastikan napasnya kembali teratur, lalu maju.Alex sudah duduk. Entah sejak kapan. Ia menoleh ketika langkah Amel terdengar. Tatapannya singgah... sekilas, lalu berpindah ke jendela. Seolah sengaja memberi ruang, seolah menahan sesuatu.“Duduk,” katanya singkat.Amel menarik kursi di seberangnya. Porselen kembali berdenting pelan. Matahari pagi merayap lebih jauh, memantul di cangkir kopi Alex.Belum sempat hening menjadi canggung, pintu kaca menuju taman terbuka.“Mama!” suara Lily meluncur cerah, berlari kecil masuk dengan langkah tak beraturan. Rambutnya sedikit lepas, pipinya memerah oleh tawa.Amel refleks bangkit setengah. “Lily—pelan-pelan sayang,” katanya, senyum tak tertahan.Lily berhenti tepat di samping Amel, lalu memeluk pinggangnya tanpa ragu. Tubuh k

  • SUAMIKU MANTAN GENGSTER   69. Mengapa perhatian

    Pagi menyusup pelan ke dalam mansion. Cahaya matahari jatuh miring ke lantai dapur yang luas, memantul di permukaan meja stainless dan peralatan masak yang tersusun rapi. Udara hangat oleh aroma roti panggang dan kaldu yang baru mendidih. Amel berdiri di antara para pelayan, celemek terikat rapi di pinggang. Tangannya cekatan—memotong buah, menyusun piring, sesekali tertawa kecil menanggapi candaan ringan. Wajahnya hidup, matanya berbinar. Tidak ada sisa ketakutan semalam di sana, hanya rasa diterima. Seragam pelayan yang ia kenakan tampak pas di tubuhnya. Sederhana. Bersih. Dan untuk pertama kalinya sejak lama, ia merasa berguna. Di luar, di taman belakang, tawa Lily melengking ringan. Gadis kecil itu berlari kecil mengejar kupu-kupu, rambutnya terikat rapi. Maria, pengasuhnya, mengawasi sambil sesekali tersenyum, memastikan langkah Lily tak terlalu jauh dari bayang-bayang pepohonan. Amel melirik ke arah jendela taman. Senyumnya melebar saat melihat Lily melambaikan tangan padany

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status