Motor tua yang dikendarai Jordi berhenti tepat di depan sebuah gudang besar di pinggiran kota. Lampunya redup, catnya terkelupas, dan dari dalam terdengar suara musik keras bercampur tawa kasar orang-orang yang jelas bukan tipe penikmat kopi. Beni menelan ludah. Tangannya dingin, lututnya gemetar. “Ini… ini tempatnya?” suaranya pecah. “Tenang,” ujar Jordi sambil menepuk bahunya. “Bos nggak bakal makan lo. Selama lo nurut, semua aman.” Beni tidak yakin. Mereka masuk. Bau rokok, oli, dan besi panas menyergap seperti tamparan. Beberapa pria bertubuh besar menatap mereka—ada yang tertawa mengejek, ada yang hanya mengamati seperti menilai kualitas daging segar. Di tengah ruangan, sebuah tangga besi berderit. Seseorang turun pelan. Bos gangster itu muncul. Tubuhnya tidak sebesar anak buahnya, tapi aura gelap di sekelilingnya seperti menggulung ruangan. Tatapannya tajam, dingin, dan penuh hitungan. “Ini orangnya?” tanya sang bos tanpa menatap Beni. “Ya, Bos,” jawab Jordi cepat.
Last Updated : 2025-11-27 Read more