Ares menarik Raya ke atas dengan gerakan yang agak kasar, bukan karena marah, tapi karena keinginan yang masih membara. Ia mencium bibir Raya dengan sangat dalam, tangannya bergerak ke lingerie hitam yang masih menempel di tubuh perempuan itu. "Giliranku," gumamnya dengan suara yang sangat gelap, sangat penuh dengan janji. Dengan gerakan yang cepat tapi tetap lembut, ia melepas lingerie itu, merobek beberapa bagian karena tidak sabar, tapi ia terlalu ingin melihat Raya tanpa penghalang apa pun. Raya tertawa kecil saat tubuhnya terjatuh ke atas kasur, pantulan halus di bawah punggungnya membuat rambutnya berantakan, matanya berbinar antara tantangan dan takluk. Ares naik menindihnya, kedua tangannya menahan sisi wajah Raya, menatapnya dari jarak yang terlalu dekat. Suaranya berat, gelap, seperti malam yang tidak memberi ruang lari. "Sekarang," desisnya, "aku yang memegang kendali. Aku akan tunjukkan akibatnya kalau kamu berani membuatku kehilangan akal." Raya mengangkat dagu, se
Terakhir Diperbarui : 2025-10-28 Baca selengkapnya