Compartilhar

Telepon Tengah Malam

Autor: Syamwiek
last update Última atualização: 2025-10-27 10:20:18

Aku menatap Mama dan Papa bergantian. Nafasku terasa berat, jantung berdebar kencang. Suasana di ruang keluarga mulai mencekam, karena keduanya menatapku dengan tajam.

“Jadi, apa sebenarnya yang terjadi antara Adek dan Dokter Naufal?” tanya Mama lagi.

Aku menarik napas panjang, mencoba menata kata-kata agar tidak terdengar seperti pembelaan.

“Awalnya nggak ada apa-apa, Ma, Pa.”

Mama menatapku lekat, tanpa menyela.

“Entah kenapa, belakangan ini Dokter Naufal mulai berubah. Lebih sering mendekatiku saat jam kuliah dan memberi pertanyaan berulang kali. Awalnya aku pikir itu cuma bentuk perhatian seorang dosen ke mahasiswanya. Tapi lama-lama, sikap beliau terasa agak— aneh.”

Aku menunduk, memainkan ujung jari di pangkuan.

“Beliau sering berdiri dan menjelaskan materi di dekat tempat dudukku. Kadang juga mengajakku berdiskusi langsung tentang topik yang sedang dibahas, seolah-olah cuma aku yang ada di dalam kelas.”

Mama mengerutkan dahi. “Dan teman-teman Adek menyadari keanehan itu
Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App
Capítulo bloqueado
Comentários (15)
goodnovel comment avatar
ida Sari
emang ada rasa tuh dokter Naufal sama Binar tp knp juga saat pernikahan nya dengan Alya tinggal menghitung hari,knp juga Binar. om kais telpon buat nanya masalah dokter Naufal apa Krn mau liat wajah nya Binar nih ,,,
goodnovel comment avatar
SumberÃrta
cemburu bilang om... ga usah di tutup-tutupi binaar seneng kok om bahagiaaa malaahh
goodnovel comment avatar
SumberÃrta
buahahhaaaa om.... gimana ommmm dicintai secara ugal-ugalan Ama binar begini justru bikin keselek-selek ya om Wkwkkwkw
VER TODOS OS COMENTÁRIOS

Último capítulo

  • Hai Om, Aku Calon Istrimu!   Siluman Cumi

    Srengggg! Aku langsung menjerit dan mundur terbirit-birit saat minyak panas dari wajan menyembur ke arah wajahku begitu potongan cumi masuk ke dalamnya. “Aw! Panas banget!” seruku panik sambil meniup punggung tangan yang ikut kena percikan. Bibi dan Mama yang baru masuk ke dapur langsung menjerit panik. Mereka bergegas memeriksa tubuhku, memastikan apakah ada bagian yang terkena minyak panas atau tidak. Heboh banget—padahal aku cuma mau menggoreng cumi bunting, tapi ujung-ujungnya dapur jadi kayak kapal pecah. “Astaga, Adek!” seru Mama cemas. “Untung wajah kamu nggak kenapa-napa,” lanjutnya dengan kesal. “Hehe, nggak apa-apa, Ma. Tadi cuma kaget aja,” jawabku sambil meringis. Sementara itu, Bibi langsung mengambil alih wajan, membalik cumi yang tadi aku goreng, lalu mengecilkan api kompor ketika melihat sayur di sebelahnya mulai mendidih terlalu kencang. “Lagian, ngapain sih sepagi ini udah bikin rusuh di dapur?” omel Mama sambil menatapku dari ujung kepala sampai kaki. “Biasa

  • Hai Om, Aku Calon Istrimu!   Stalking Mantan

    “Tinggi banget sih, tapi kerempeng. Terus datar dan tepos, kurang menarik,” komentar Safa sambil menatap layar tablet dengan ekspresi menilai. Aku melirik sekilas ke arah layar, lalu menahan napas. Foto yang sedang kami lihat adalah akun media sosial milik mantan tunangan Om Kais—Rhea Adler. Perempuan blasteran Jerman-Indonesia yang dulu sempat jadi model majalah terkenal. “Kurang menarik apanya, Sa,” sahutku. “Dia cantik banget, kulitnya bening, matanya abu-abu. Model internasional, loh.” Safa mendengkus. “Iya, tapi kok vibe-nya dingin banget, ya? Lihat nih caption-nya—‘Elegance is when you make silence loud.’ Apaan sih? Kayak ngomong sama cermin.” Aku terkekeh pelan, tapi pandanganku masih terpaku pada foto-fotonya. Rhea terlihat sempurna di setiap jepretan—entah sedang di Paris, menghadiri pameran seni, atau sekadar duduk di cafe mahal dengan ekspresi datar tapi elegan. Safa mencondongkan tubuhnya. “Bee, kamu yakin nggak salah bersaing, nih? Mantan calon istrinya aja udah

  • Hai Om, Aku Calon Istrimu!   Terhalang Masa Lalu

    Begitu mobil Om Kais keluar dari halaman, suasana rumah terasa sedikit lengang. Aku masih sempat melambaikan tangan sebelum akhirnya menutup pintu dan berbalik. Saat aku menoleh, Mas Pandu sudah berdiri di ruang tamu, menungguku untuk makan malam. Mas Pandu menepuk ringan bahuku. “Ayo, cepat ke ruang makan. Sebelum nasinya keburu dingin.” Aku mengangguk dan mengikutinya. Begitu duduk, aroma masakan langsung menyeruak. “Wah, wanginya bikin perut semakin keroncongan.” “Kamu tuh, kalau sudah urusan makan, semua masalah langsung beres aja, ya?” celetuk Mas Pandu sambil menuangkan jus melon ke dalam gelas. “Ya jelas,” jawabku santai sambil mengambil sendok. “Orang lapar nggak bisa mikir jernih, Mas.” “Dek—” panggilnya pelan. “Kamu tahu nggak, Mas Kais dulu sempat mau nikah?” Aku menoleh, sendok masih di tangan. “Serius? Baru tahu aku.” Mas Pandu mengangguk pelan. “Itu kejadian udah lama banget, mungkin hampir sepuluh tahun lalu. Waktu itu dia sudah tunangan, tinggal nunggu hari per

  • Hai Om, Aku Calon Istrimu!   Status Baru

    “Binar—”Baru saja aku hendak naik ke dalam bus, suara Om Kais terdengar dari belakang. Nada suaranya yang cukup tinggi membuat langkahku langsung terhenti di anak tangga pertama.Aku menoleh, dan di sana dia berdiri—dengan kedua tangan terlipat di dada, sorot matanya tajam.Aku turun lagi dan menghampirinya. “Ada apa, Om?”“Masuk mobil,” ujarnya singkat.“Lho, kenapa?”“Safa mana?” bukannya menjawab, Om Kais malah balik bertanya.“Tu, udah duduk manis di dalam bus,” jawabku sambil menunjuk ke arah sahabatku yang sedang mengintip dari jendela.Begitu sadar kami sedang membicarakannya, Safa langsung melambaikan tangan penuh semangat.“Suruh Safa turun. Kalian pulang bareng aku,” titah Om Kais.Selesai bicara, dia berbalik dan masuk ke dalam mobil lebih dulu. Bodyguard-nya segera bergerak, memasukkan carrier-ku ke bagasi mobil dengan sigap.Aku menatap punggungnya sejenak—sebelum akhirnya berlari kecil ke arah bus.“Safaaa!” panggilku sambil menepuk jendela bus. “Turun, cepat. Kita pula

  • Hai Om, Aku Calon Istrimu!   Perkara Panggilan

    Aku benar-benar tidak menyangka kalau Om Kais memutuskan ikut turun gunung dengan berjalan kaki. Soalnya, seingatku, dia belum pernah sekalipun mendaki—apalagi menuruni jalur seterjal ini. Jujur saja, aku sempat khawatir sesuatu bakal terjadi padanya.Bagaimanapun juga, Om Kais bukan orang sembarangan. Dia itu pemimpin besar—punya perusahaan, sekaligus direktur utama rumah sakit ternama. Bayangkan kalau sampai kakinya keseleo sedikit saja, bisa heboh satu kantor, bahkan satu kota!Aku memilih jalan di dekatnya, siap siaga setiap kali dia melangkah di medan berbatu.“Pelan-pelan, Om,” ucapku khawatir.Dia hanya menoleh sekilas dan tersenyum tipis. “Tenang aja, aku masih kuat.”“Iya, tapi kan Om mahal,” kataku cepat, membuatnya terkekeh pelan.“Mahalan kamu,” balasnya santai, menatapku sekilas dengan tatapan geli.Aku mencibir. “Ih, serius ini. Kalau Om kenapa-kenapa, aku bisa dimarahi seluruh tim medis rumah sakit.”“Tenang, Binar. Aku turun gunung bukan buat jatuh… tapi buat jaga kamu

  • Hai Om, Aku Calon Istrimu!   Romantis Ala Om Kais

    Bukannya menjawab, Om Kais malah menarik kedua pipiku dengan ekspresi gemas—seolah-olah wajahku ini bakpao isi ayam kesukaannya.“Cium—cium!” seruku sambil berusaha mendekat.“Astaga, Binar…” gumam Om Kais, lalu dia menekan kedua pipiku makin kencang sampai bibirku mengerucut seperti bebek.“Aku sayang Om Kais, loh. Suer tekewer-kewer,” kataku dengan mulut masih mengerucut.“Kamu ini perempuan, Binar,” balas Om Kais sambil menggeleng pelan. “Seharusnya aku yang menyatakan cinta, bukan kamu. Dan coba deh, hitung—udah berapa kali kamu melamarku, ha? Sampai di atas gunung pun masih kepikiran buat melamar.”Aku cuma nyengir. Jujur, aku memang gak ingat sudah berapa kali melamar Om Kais. Soalnya, setiap ada momen bagus, aku gak mau melewatkannya begitu saja. Pokoknya langsung lamar—urusan diterima atau enggak, belakangan.“Gak ingat, dan gak akan aku hitung,” jawabku santai.Lantas, Om Kais menarikku ke dalam pelukannya dan mendekapku erat. Dagunya bertengger di atas kepalaku, sementara ak

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status