Ada sesuatu yang berubah di udara pagi itu. Bukan angin, bukan cahaya, bukan bunyi–tapi sebuah rasa. Semacam getaran halus yang menempel di kulit, seperti tangan kecil yang mencoba menarik ujung baju Aira dengan ragu. Ia berdiri di depan sebuah rumah tua yang tak ada di peta, sebuah rumah yang menyimpan aroma debu, kayu basah, dan diam yang terlalu panjang untuk disebut sepi. Rendra berhenti beberapa langkah di belakangnya, napasnya masih tertahan sejak kejadian di lembah itu. Sejak suara kecil itu memanggil Aira. Sejak tanah basah mengembuskan nama seseorang yang tidak pernah mereka ingat, tapi tubuh mereka seolah mengenalnya lebih dulu. Aira mengangkat tangannya, perlahan, menyentuh gagang pintu rumah itu. Pintu yang tampak seperti tak pernah dibuka selama bertahun-tahun, tapi entah kenapa terasa hangat, seperti baru saja disentuh seseorang. “Kita… harus masuk,” bisik Aira, meski suaranya terdengar seperti seseorang yang sedang berbicara kepada dirinya sendiri. Rendra melangkah
Terakhir Diperbarui : 2025-11-29 Baca selengkapnya