Aku tidak tidur malam itu. Suara hujan seperti berputar-putar di kepalaku, menolak pergi bersama cahaya. Setiap kali aku memejamkan mata, bayangan Rian muncul di antara percik hujan—mantel abu-abu, tatapan yang tak lagi hidup, dan payung hitam yang ia tinggalkan di bangku kayu dekat stasiun. Aku menatap benda itu sekarang, tergeletak di lantai kamar. Payung itu kuyup, tapi anehnya tidak berbau apek. Seolah-olah baru saja dijemur di bawah matahari. Aku memungutnya, memutar gagangnya perlahan. Ada inisial kecil terukir di sana: R.K. — Rian Karsa. Aku teringat dulu, ia sering mencoret-coret inisial itu di mana pun kami duduk bersama. Di meja, di buku catatanku, bahkan di cangkir kopi di tepi danau. Katanya, itu bukan tanda kepemilikan, tapi pengingat bahwa sesuatu pernah ada. Tapi malam ini, pengingat itu justru terasa seperti kutukan. Aku menatap jendela. Hujan belum berhenti. Setiap tetes air seperti mengetuk-ngetuk kaca, memanggil de
Last Updated : 2025-10-21 Read more