Pukul enam pagi. Langit di ufuk timur mulai berwarna jingga, menyiratkan fajar yang malu-malu muncul dari balik laut. Bar milik Ben baru saja tutup. Ruangan itu masih berbau alkohol dan asap tembakau ketika ia mematikan lampu terakhir. Namun pikirannya tidak di situ — sejak semalam, bayangan wajah Vennesa terus menuntunnya ke satu arah. Ia menghela napas panjang, mengambil jaket kulitnya, lalu melangkah keluar menuju mobil. Dalam diam, ia memacu kendaraan menembus kabut tipis menuju vila tempat Vennesa tinggal. Setibanya di sana, suasana masih sunyi. Burung camar beterbangan di langit, dan ombak kecil memecah di pantai tak jauh dari halaman belakang vila. Ben membuka pintu dengan hati-hati — Vennesa memberinya kunci duplikat beberapa hari lalu. Ia menutup pintu perlahan, lalu melangkah ke kamar. Di atas ranjang, Vennesa masih terlelap, berselimut rapi. Wajahnya tenang, seolah tak menyimpan beban apa pun. Ben menatapnya lama, hatinya berde
Last Updated : 2025-11-07 Read more