All Chapters of Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati: Chapter 81 - Chapter 90

Darlene tidak menolak. Setelah bertemu, dia juga meminta pihak lain untuk merahasiakan identitasnya. Wendelyn memang melakukannya.Sudah tiga tahun tidak bertemu, Darlene sempat mengira Wendelyn sudah melupakannya. Tak disangka, antusias wanita itu terhadapnya tetap sama.Makan malam dibayari Wendelyn. Darlene pun tidak sungkan-sungkan. Percuma juga kalau dia menolak. Namun, liontin Ratu Piano itu terlalu berharga. Dia benar-benar tidak bisa menerimanya.Alhasil, Wendelyn malah berkata bahwa kalau Darlene menolak, dia akan langsung menceraikan suaminya.Darlene tak berdaya, juga tidak mengerti bagaimana kedua hal itu bisa punya hubungan logis. Akhirnya, perhiasan itu dia terima, tetapi tidak dipakai karena terlalu mencolok.Saat menunggu taksi di pinggir jalan, mobil belum datang, tetapi ponsel Darlene sudah berdering duluan.Nomor tak dikenal, tetapi urutan angkanya beruntun. Jelas, ini adalah nomor mahal yang dibeli khusus.Darlene ragu sebentar, tetapi akhirnya tetap mengangkatnya.

Darlene tidak ingin berurusan dengan pria mabuk yang berbicara kotor seperti itu. Melihat Darlene hendak pergi, pria itu langsung menangkap pergelangan tangannya."Memangnya aku sudah izinin kamu pergi? Kamu bikin aku kesakitan, harus kasih penjelasan dong!"Darlene berjuang sekuat tenaga untuk melepaskan diri. Meskipun ada orang lewat dan melihatnya diganggu, tidak ada satu pun yang mau peduli.Darlene menebak pria mabuk ini pasti pelanggan tetap tempat ini."Datang ke tempat seperti ini kenapa pakaiannya serapi ini? Apa nggak panas? Sini biar aku bantu lepasin!"Tangan lelaki itu meraih ke arah kerah Darlene. Darlene memanfaatkan kesempatan itu, memutar keras pergelangan tangan lelaki itu, lalu mengarahkan tendangan tepat ke bagian paling vital.Jeritan menyakitkan bergema tanpa henti. Darlene berlari keluar dari kelab secepat mungkin, berlari menyusuri jalan besar cukup jauh, sampai akhirnya dia melihat keramaian orang-orang. Di sana, dia baru berhenti perlahan.Sampai sini, pria it

Ini bukan rumah Ella, juga bukan rumahnya sendiri. Namun, langit-langit di atas terasa tidak asing baginya, karena lampu gantung kristal itu dipilih oleh ibu mertuanya.Tempat ini adalah Cloud Peak, rumah pernikahannya bersama Kenward.Untuk sesaat, Darlene tidak bisa mencerna situasi di depan mata. Dia menunduk, melihat ke dalam selimut. Dia tidak memakai apa pun."Kamu muntah dan kena seluruh tubuhmu, jadi bajumu sudah kubuang." Kenward muncul di pintu kamar utama. Saat mendengar suaranya, seluruh tubuh Darlene menegang.Mata pria itu gelap. Kenward masuk dan menyerahkan baju tidur kepada Darlene. Darlene memakai baju tidur itu di dalam selimut, membuat Kenward mencibir."Takut aku lihat?"Darlene tidak menjawab. Namun, dia kembali mendengar tawa sinis Kenward.Dia benar-benar tidak tahu bagaimana dirinya bisa sampai di sini. Apakah Kenward yang membawanya pulang?Kenward bilang dia muntah ke seluruh tubuhnya. Bagian itu dia ingat sedikit. Namun, sekarang tubuhnya tidak bau sedikit p

Selesai mengucapkan kata-kata dingin itu, Darlene langsung berbalik dan pergi. Tak peduli bagaimana Vida mengomel di belakangnya, dia sama sekali tidak menoleh.Di dalam ruang rawat, Kenward sudah bangun. Gianna sedang mengupas apel. Dia menyadari tatapan Kenward menyapu seluruh ruangan, seolah-olah sedang mencari seseorang.Kebetulan Vida kembali. Begitu melihat Kenward bangun, dia langsung menanyakan keadaan Kenward dengan penuh kekhawatiran dan tidak lupa memuji Gianna."Kamu tahu nggak, Gianna kelelahan setengah mati gara-gara kamu pingsan! Dia menggendongmu turun delapan lantai, lalu ikut ambulans membawamu ke rumah sakit, dan semalaman nggak tidur menjagamu! Kalau bukan karena Gianna, aku nggak berani membayangkan gimana keadaanmu ....""Bibi, jangan bilang begitu. Sebenarnya aku nggak melakukan banyak hal." Gianna menunduk dengan malu.Kenward menatap Gianna, tatapannya sedalam lautan. "Terima kasih."Gianna segera menggenggam tangan Kenward dengan erat. "Semua itu memang sudah

Namun, Darlene tahu betul bahwa dirinya tidak punya pilihan untuk menolak."Aku tahu hubunganmu dengan Pak Kenward. Kamu sudah menjadi istri orang dan urusan rumah tangga kalian berdua seharusnya nggak melibatkan pihak ketiga. Bahkan kalau suatu hari kamu cerai, aku tetap nggak mungkin membiarkan Adnan menikahi seorang wanita yang sudah pernah menikah. Kamu paham?"Sandra melihat wajah Darlene sedikit berubah, lalu menenangkan, "Kamu jangan salahkan aku karena bicara blak-blakan. Adnan masih muda, belum cukup dewasa. Kami sebagai orang tua tentu nggak ingin anak kami menempuh jalan yang berliku ....""Darlene, kamu cantik dan perhatian. Aku yakin kamu bisa memahami perasaanku. Tentu saja, aku juga sangat berterima kasih karena kamu membuat Adnan kembali untuk mewarisi usaha keluarga ...."Darlene melihat Sandra mengeluarkan sebuah kartu bank dari tas kulitnya. "Kamu adalah istri Pak Kenward. Kalau aku memberi terlalu sedikit sebagai tanda terima kasih, aku akan terlihat kurang tulus."