Semua Bab Pembalasan Istri Yang Terluka : Bab 41 - Bab 50

Andira saat ini sedang kebingungan mencari kedua anaknya. Ia mendatangi rumah Ibu mertuanya kembali berharap bahwa anaknya ada di sana. Namun sayangnya, rumah itu kosong. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Andira juga bertanya kepada tetangga sekitar di rumah Ibu mertuanya. Berharap bahwa ibu mertuanya diketahui oleh mereka pergi ke mana. Namun, tidak ada yang tahu kemana Mira pergi.Andira juga mencoba pergi ke kantor Arsa untuk menemui pria itu. Sialnya l, Arsa juga tidak datang ke kantor. Mungkin sedang bersama anak-anaknya saat ini. Di mana anak-anaknya saat ini? Di rumah Ibu mertuanya tidak ada. Apakah mungkin, kedua anaknya berada di rumah Jenna? Tak ingin mati penasaran, datanglah Andira ke rumah Jenna. Ia tanpa mengucapkan salam saat masuk ke rumah Jenna. Ia sadar bahwa itu tak sopan. Tapi ia tidak peduli karena yang ia inginkan bertemu dengan kedua anaknya."Mas Arsa ... Mas .... Mas Arsa ...!" Panggil Andira dengan suara keras."Mas Arsa tidak ada di rumah." Jenna

Andira sedang berdiri di bibir jurang dekat laut. Bahkan tatapan mata yang kosong itu, melihat bagian dasar jurang yang sangat jauh dari pandangannya. Di dasar jurang itu terdapat batu-batuan tajam. Meskipun tatapan matanya terlihat kosong, bibir mengulas senyum tipis. Entah mengapa wanita itu terlihat menyukai pemandangan di sana. Seolah, itu adalah pemandangan yang sangat indah dan membuat hati bahagia. Ia memajukan langkahnya menuju ke tepian yang menurun. Perlahan demi perlahan, dengan yakin tak ada ketakutan dalam dirinya. Ia memejamkan matanya. Wanita itu kemudian merentangkan tangannya, dan bersiap untuk terjun bebas. "Andiraaaa!" Suara seorang pria berlari menuju tempat Andira berdiri dan siap untuk terjun. Andira terkejut, dan membuka matanya ketika mendengar suara panggilan dari seseorang. Terdengar suara langkah kaki mendekat. Dan dalam satu kali hentakan, tubuh Andira di tarik ke belakang. Andira berteriak setelah tubuhnya tertarik jauh dari tepian jurang. "Apa yang k

Setelah lebih dari sepuluh hari tinggal di villa milik Demian, kondisi Andira semakin membaik. Andira baru saja sembuh dari demam. Dahinya masih ditempeli plester penurun demam. Demian tak pernah pergi dari sisinya dan selalu menemani wanita itu."Sudah lebih baik?" tanya Demian.Andira mengangguk. "Sudah lebih baik. Tidak pusing seperti beberapa hari lalu.""Tapi kamu masih sedih?" "Aku masih sedih. Tapi aku mulai menerima semuanya."Andira menatap wajah Demian dengan dalam. Ada rasa haru menyelinap di hatinya karena hadirnya pria itu. Ia bersyukur dengan kehadiran Demian yang ada di sisinya di saat dirinya sedang hancur."Terima kasih sudah menyelamatkan aku. Dan terima kasih sudah menyadarkan aku," ucap Andira."Jika kamu tidak datang waktu itu mungkin aku sudah tidak ada di dunia ini lagi." Andira menunduk mengingat apa yang ia lakukan beberapa hari lalu. Jujur, ia merasa tertekan karena mengingat hampir melakukan hal ekstrim. "Kamu itu wanita kuat. Dan kamu adalah wanita hebat.

"Sidang selanjutnya adalah, mendengarkan nota pembelaan dari saudara terdakwa, dan akan diadakan satu minggu ke depan. Sidang kami tutup!" Tok... Tok... Tok... Suara ketukan palu hakim menutup agenda sidang hari ini.Andira bangkit dari duduknya dan mengajak kliennya yang duduk di kursi pengunjung untuk keluar. Dia mengajak rekan lain yang ikut datang bersamanya dan berdiskusi sementara untuk menyusun strategi. Diskusi berhasil mencapai kesepakatan bersama. Yaitu tentang strategi selanjutnya untuk memberatkan terdakwa.Setelah selesai berdiskusi, Andira mengajak Cindy dan rekan lainnya pulang bersama. Agenda sidang hari ini, mendengarkan tuntutan jaksa. Hasil yang diperoleh dari pihak Andira, cukup memuaskan.Ketika Andira hendak meninggalkan gedung pengadilan, didepan gedung ia dihadang oleh beberapa wartawan. Mengingat dirinya sebagai seorang kuasa hukum yang membela korban, tentu saja ia harus menghadapi pertanyaan para wartawan mengenai apa yang didengar di sidang hari ini. Andir

"Bu! Ini ada seseorang klien yang menghubungi kita, meminta kita untuk membantunya." Beri tahu Cindy sembari memberijan berkas kepada Andira.Andira membuka berkas yang diberikan oleh Cindy kepadanya. Ia mulai membaca, mencoba memahami dan mempelajari berkas dari orang yang akan meminta jasanya untuk membantu meringankan hukuman. Andira mempelajari secara seksama identitas dari calon kliennya. "Kemarin dari pihak keluarga terdakwa meminta bantuan kepada kita dan datang kemari. Bahkan beliau datang sebelum kantor dibuka," ungkap Cindy. Andira mengangkat wajahnya menatap Cindy. "Dari pihak keluarga? Siapa yang menemui kamu untuk berbicara kemarin?" "Ibu dari terdakwa," jawab Cindy.Andira mengangguk mendengarkan penuturan Cindy. Ia terus membaca dokumen yang didapatkan dari Cindy. Cukup lama ia mempelajari berkas itu. Hingga akhirnya, terdapat sebuah kerutan dalam di dahinya."Kalau begitu, saya akan menemuinya di lapas nanti.""Baik, Bu."Siang hari, Andira memutuskan untuk berangka