Keesokan paginya, matahari terasa asing bagi Ardi. Dia belum tidur sama sekali. Ia menghabiskan malam bolak-balik antara koridor Anggi dan NICU, didampingi Raka yang setia menemaninya, hanya sesekali pergi untuk membelikan kopi pahit. Sekitar pukul sembilan pagi, kabar baik pertama datang. Seorang perawat tersenyum tipis saat keluar dari ruangan Anggi. “Nyonya Anggi sudah sadar, Tuan. Tekanan darahnya sudah stabil, syoknya mereda. Tapi beliau sangat lemah. Anda bisa masuk sebentar, lima menit saja.” Jantung Ardi serasa melonjak. “Terima kasih! Terima kasih banyak!” Ia masuk, meninggalkan Raka di luar. Anggi terbaring pucat, selang infus menempel di tangannya, dan masker oksigen menutupi sebagian wajahnya. Matanya yang indah terlihat lelah, tapi ada kilatan pengakuan di sana saat melihat Ardi. Ardi mendekat, meraih tangan Anggi dengan sangat lembut. “Anggi… thank God… kau baik-baik saja.” Anggi mencoba tersenyum, tapi yang keluar hanyalah tarikan napas pendek. Ia mencoba melepas
Last Updated : 2025-11-17 Read more