Setahun berlalu sejak kepindahan Anggi. Kota baru itu tidak pernah benar-benar terasa asing—hanya sunyi di awal, lalu perlahan ramah. Rafa tumbuh cepat, terlalu cepat menurut Anggi. Ia kini lebih tinggi, lebih banyak bertanya, dan mulai menyimpan rahasia kecilnya sendiri. Anggi bekerja di kantor baru yang lebih tenang. Tidak ada drama, tidak ada gosip masa lalu. Ia dikenal sebagai perempuan yang rapi, tegas, dan sedikit tertutup. Tidak dingin—hanya berhati-hati. Dan untuk pertama kalinya, ia tidak merasa perlu menjelaskan dirinya kepada siapa pun. Suatu sore, Anggi dipanggil ke sekolah Rafa. Bukan karena masalah besar—hanya insiden kecil. Rafa mendorong temannya yang mengejek asal-usul keluarganya. “Kata dia, aku anak tanpa ayah,” ucap Rafa di ruang guru, matanya merah tapi dagunya terangkat. “Aku marah.” Anggi duduk di depannya, menahan gelombang emosi yang naik perlahan. Ia tidak langsung bicara. “Kamu salah karena mendorong,” katanya akhirnya. “Tapi perasaan kamu… wajar.” R
Last Updated : 2025-12-19 Read more