Rumah Hendra Tan berdiri di tepi jalan kecil di daerah Cipete, dikelilingi pohon flamboyan yang daunnya berguguran menutupi halaman. Dari luar, rumah itu tampak biasa, tidak besar, tidak juga mewah. bagi Adrian, tempat ini menyimpan sesuatu yang jauh lebih penting daripada bentuknya. Ia menatap pintu kayu tua itu sejenak sebelum mengetuk perlahan. Tok. Tok. Tok. Tak lama kemudian, suara langkah berat terdengar dari dalam, disusul pintu yang terbuka setengah. Hendra muncul dengan wajah letih, rambut acak-acakan, dan lingkar hitam di bawah matanya. Sejak insiden rumah sakit jiwa itu, ia memang jarang tidur nyenyak. Namun begitu melihat Adrian, ada seberkas harapan yang muncul di matanya. “Adrian…” suaranya serak. “Kau benar-benar datang.” “Aku janji, kan?” jawab Adrian sambil tersenyum tipis. “Aku bilang aku aka
Last Updated : 2025-11-13 Read more