Santet Pengantin

Santet Pengantin

By:  Maylafaisha  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
13 ratings
93Chapters
12.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Kania, Arga dan Rasti adalah tiga sahabat sebelum akhirnya sebuah dendam masa lalu merubah persahabatan mereka menjadi sebuah malapetaka. Apakah Rasti menuntaskan dendamnya atau malah menjadi korban atas dendamnya ataukah akan ada korban yang mendendam dan balik mendendam kepadanya? Lalu bagaimanakah akhir hubungan Kania, Arga dan Rasti? Akankah mereka terlibat cinta segitiga? Atau malah bermusuhan karena dendam masa lalu itu? Daripada penasaran, kuy baca dan ikuti Dendam Kania di sini. Jangan lupa komen dan like buat semangat penulis ya.

View More
Santet Pengantin Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Tuan Muda Ginzara
SEMANGAAAAAT THOR. WALAUPUN SAYA GA BACA NIH NOVEL ..
2022-04-15 04:51:57
1
user avatar
Maylafaisha
great job sista
2022-04-05 21:57:49
1
user avatar
Stefani Wijanto
keren ceritanya
2022-01-23 19:16:04
1
user avatar
shave ara
baru punya teman sekeren kau, mak. lanjutkan, kritingin itu tangan.... suka horornya kerasa
2022-01-16 22:55:25
2
user avatar
Eka Satria
semangat terus thor ...
2022-01-16 22:31:54
2
user avatar
BlackJoe
Semangat, thor. Moga bisa panjang.
2022-01-16 22:18:47
2
user avatar
Aisyah J. Yanty
keren thor. lanjut ya. semangat
2022-01-16 22:05:44
1
user avatar
Rini Annisa
Bagus ceritanya, lanjut Thor
2022-01-16 21:59:10
1
user avatar
Maylafaisha
Terim kasih yang sudah mampir. Ikuti terus ya Jangan lupa jejak dan bintangnya .........
2022-01-10 06:49:01
1
user avatar
Zahra Zha
Keren, Thor, tulisannya. Feel horrornya berasa banget. Baru sampai part 3, lanjut malam lagi
2022-01-09 17:04:53
1
user avatar
abi wardani
Sgt bagus dan mantap ceritanya
2022-01-08 04:30:34
1
user avatar
abi wardani
Ceritanya bagus, alurnya keren. Suasana horornya top
2022-01-08 04:27:31
2
user avatar
Maylafaisha
Ceritanya keren, alurnya bagus, top pokoknya
2022-01-08 04:20:35
2
93 Chapters
Part 1
Di dalam kamarnya yang hanya diterangi dengan sebuah lilin, Kania mengambil boneka yang sudah tertempel foto Rasti. Tanpa ampun, Kania menusuk bagian perut boneka itu berkali-kali. "Rasakan itu, Rasti! Arga lebih pantas untukku!" ucap Kania dengan tawa bahagia.Sejenak Kania terdiam mengingat kenangan manisnya bersama Arga, dan raut wajahnya kembali mengeras ketika dia mengingat kembali luka yang disebabkan oleh lelaki itu dan sahabatnya, Rasti."Arga, kamu adalah milikku! Selamanya tetap milikku! Hanya milikku!".Tiba-tiba angin berhembus tak wajar ke dalam kamarnya yang tertutup rapat itu. Seketika tengkuk Kania meremang, dia semakin yakin dendamnya akan terbalaskan.Kania benar-benar sudah tidak bisa berpikir jernih lagi, karena luka yang tergores dalam di hatinya. Dalam benak Kania sekarang yang ada hanyalah mewujudkan keinginannya untuk membalaskan dendam, sakit hati, kecewa, malu, marah kepada pasangan suami istri tersebut.
Read more
Part 2
Sementara itu di dalam kamar sebuah rumah di kawasan Cempaka Putih, tampak Kania masih terus menusuk boneka Rasti dengan senyum jahatnya.'Kamu harus mati, Rasti! Kamu harus merasakan pembalasanku! Aku akan terus mengejarmu, ke neraka sekalipun.' desis Kania. Di kejauhan suara lolongan anjing semakin keras terdengar bersahut-sahutan dengan suara burung gagak, udara di kamarnya terasa dingin dan sangat pengap terasa seakan menusuk tulang, tirai-tirai di kamarnya berkibar-kibar. Bisikan tak kasat mata itu kembali terdengar di telinganya.'Bagus. Bagus sekali Kania, saudaraku. Minta apa pun kepadaku. Minta apa saja yang kau inginkan. Aku pasti akan mengabulkannya,' bisikan itu terdengar sangat lirih dan parau.Seringaian Kania semakin nyata terlihat di bibirnya. Keinginan untuk membalas dendam itu semakin kuat tertanam di dadanya. Kebencian itu semakin kuat mengakar.'Aku ingin perempuan dalam foto ini mati dengan perlahan-lahan, agar dia tahu b
Read more
Part 3
Malam harinya usai menyelesaikan semua rangkaian kegiatan, Arga pun mengantarkan Kania, tunangannya pulang."Yang, aku pulang dulu ya. Habis ini, kamu langsung mandi terus istirahat. Jangan begadang, kita udah cukup capek hari ini. Besok pagi aku jemput kamu seperti biasa, begitu selesai bimbingan skripsi kita lanjutin lagi nyari souvenir dan undangan," pamit Arga pada Kania, kekasihnya."Iya, Sayang. Kamu juga sampai di rumah nanti langsung mandi, makan dan istirahat ya. Jangan lupa salat dulu." ujar Kania dengan tatapan mesra pada Arga."Siap, Jenderal! Kamu juga jangan lupa makan dan salat ya. Makasih udah selalu diingetin. I love you, Kania Andarini Prasetyo."Arga mengangkat tangan kanannya, bersikap hormat pada Kania. Kania merasa gemas sekaligus malu karena melihat sikap calon suaminya yang selalu saja menggodanya di setiap kesempatan."Ish, apaan sih Arga. Udah kewajiban aku buat ngingetin calon imamku, biar semakin istiqomah nanti kalau ud
Read more
Part 4
Sementara itu di sebuah rumah mewah di kawasan Permata Hijau, Arga baru saja keluar dari kamar mandi ketika terdengar suara dering dari ponselnya. Sedikit tergesa, Arga mencari-cari di mana ponselnya tadi disimpan."Ish, mana lagi tu ponsel! Pakai acara ngumpet segala lagi!" gerutu Arga sambil terus mencari. "Nah, ini dia. Ketemu juga akhirnya," sambung Arga setelah menemukan ponselnya di bawah tumpukan baju kotornya yang masih berserakan di atas karpet kamarnya.Arga bermaksud mengecek siapa yang baru saja meneleponnya ketika suara dering ponselnya kembali terdengar, sekilas dilihatnya nama MAMI tertera di layar ponsel berlogo apel digigit itu.[Assalamualaikum, Mami. Mami, Papi apa kabarnya? Kapan mami sama papi pulang dari Dubai? Arga kangen mami papi!] Sapa Arga setelah panggilan video dengan maminya terhubung.[Waalaikumsalam, Ga. Ya ampun, Arga kalau mau tanya satu-satu dong. Pelan-pelan ngomongnya, mami jadi bingung nih mau jawab yang
Read more
Part 5
Di tempat lain, di sebuah Pub tampak seorang gadis cantik duduk seorang diri menikmati kepulan asap yang lolos dari bibir seksinya. Dalam diam, gadis itu teringat kembali pada sebuah lembaran kenangan yang masih sangat terasa menyakitkan untuknya."Perempuan itu melabrakku, Kak. Dia menyebutku sebagai perempuan murahan, perempuan itu juga menyuruh seseorang untuk menyakiti dan memaksaku meninggalkan Mas Pras, padahal di antara kami nggak ada apa-apa. Aku takut papa dan Adi marah. Adi pasti ninggalin aku kalau tahu aku udah nggak perawan lagi gara-gara lelaki suruhan perempuan itu, Kak. Rasanya aku nggak sanggup bila harus hidup menanggung malu, Kak. Lebih baik aku mati," isak Sasti, adik perempuan kesayangannya kembali terngiang di telinga dan ingatannya.'Aaarrggh! Bangsat! Sialan! Kakak akan membalaskan sakit hatimu sama mereka, Dek! Kakak janji, Kakak nggak akan lepasin mereka sebelum mereka merasakan penderitaan seumur hidup yang akan membuat mereka menyesal karena
Read more
Part 6
Senyum Rasti mengembang seketika, saat sesosok pemuda itu mendatangi dan mencium kedua belah pipinya bergantian. Pemuda tampan dengan tinggi 189 itu adalah Andra, sahabat Rasti dari kecil.Rasti merasa sangat antusias dengan kehadiran Andra, karena hanya Andra yang bisa membuatnya melupakan lukanya di masa lalu. Setiap kali rasa marah itu datang, seketika itu juga hilang saat lelaki itu datang dan berada di sisinya."Hai, Putri Tidur apa kabar lu? Udah lama banget kita nggak ketemu. Gue kangen banget tahu sama elu, elu itu kemana aja sih? Emak gue nanyain elu tuh, katanya mana calon mantu emak kok udah lama nggak pernah main ke sini lagi? Sampai-sampai emak gue ngira gue marahan sama elu. Padahal mah boro-boro marahan, ketemu juga nggak. Ya kan," cerocos pemuda tampan berhidung bangir itu.Rasti yang mendengar cerocosan sahabat kecilnya itu hanya tersenyum geli dan memeluk Andra erat."Ndra, gue juga kangen banget sama elu, ibu, adik-adik elu, pokoknya se
Read more
Part 7
Masa Sekarang Satu setengah jam kemudian, Arga dan Rasti sampai di rumah sakit terdekat. Tergopoh-gopoh, Arga berlari kesana kemari sambil berteriak meminta brankar untuk mengangkat tubuh istrinya yang sudah tidak berdaya itu. "Pak, tolong saya minta brankar! Keadaan istri saya sudah sangat kritis, saya mohon, Pak!" Arga berteriak histeris, tidak dipedulikannya beberapa pasang mata yang menatapnya heran. "Awas! Permisi! Minggir! Ini Pak, brankar yang Bapak minta!" seru seorang petugas keamanan tengah mendorong sebuah brankar mendekati Arga. Arga segera menyambut brankar yang diserahkan kepadanya. Bergegas dia mendorong brankar itu mendekati pintu kursi pemandu, dengan tergesa dia membuka pintu mobilnya dan mengangkat istrinya yang tengah hamil tujuh bulan itu untuk dibaringkan di atas brankar.  Kemudian dia meminta tolong kepada seorang petugas medis yang kebetulan lewat untu membantu mendorong brankar yang berisikan tubuh istrinya sement
Read more
Part 8
Sementara itu di dalam ruang IGD, para dokter jaga, perawat, bidan sibuk dengan urusannya masing-masing, begitu juga dengan dokter, perawat dan bidan yang menangani Rasti.  "Sus, kita harus operasi sekarang karena pasien mengalami banyak kehilangan darah. Tolong kamu siapkan ruang OK dan periksa ketersediaan stok darah golongan AB sekarang! Saya akan keluar menemui keluarganya untuk meminta persetujuan," perintah dokter Indri, Sp.Og kepada semua tim yang membantunya. Gegas dokter Indri keluar mencari keluarga Rasti dan mendapati Arga yang tengah duduk sendirian berusaha mengusir rasa mual dan dingin yang dirasakannya, "Maaf, apa Bapak keluarga pasien yang bernama Rasti?" tanya dokter Indri. Dokter Indri tidak segera menjawab pertanyaan yang dilontarkan Arga karena didatangi oleh salah satu asistennya yang memberitahukan bahwa di bank darah rumah sakit saat ini hanya tersedia dua kantong golongan darah AB dari lima kantong yang mereka perlukan untuk prose
Read more
Part 9
Trash! Kuku-kuku panjang itu berhasil merobek sesuatu di dalam sana dan senyum lebar, lebih tepatnya seringaian karena yang tampak di dalam mulut wanita itu adalah gigi-gigi runcing yang siap menyobek apa pun menjadi serpihan. Dengan sekali tarikan keras, tangan itu keluar dengan membawa sesuatu yang memang sudah diincarnya sedari tadi. Sesuatu itu tampak berdarah-darah dan terdapat lubang sobekan memanjang dari atas hingga ke bawah, seakan hendak membelah sesuatu itu menjadi dua bagian sama besar. "Hahaha! Akhirnya aku dapat memakan kembali makanan kesukaanku ini setelah sekian lama. Aku suka!" Tawa seram sosok itu terdengar keras dan melengking, seketika itu juga suasana di dalam ruang OK terasa semakin mencekam.  Para tenaga medis yang tengah berjuang menolong Rasti serentak menghentikan pekerjaan mereka karena terkejut, beberapa di antara mereka terutama para tenaga co-assistent merasa ketakutan karena tidak pernah mengalami fenomena seperti
Read more
Part 10
Jadi anak saya meninggal, dok. Innalillahi w* inna ilaihi rajiun, terima kasih untuk usaha yang sudah dokter dan tim berikan untuk anak dan istri saya. Saya sangat menghargainya, saya permisi mau ke bagian pemulasaraan jenazah dulu, dok" pamit Arga kepada dokter Indri.   Dengan langkah gontai dan mata berkaca-kaca, Arga melangkahkan kakinya ke ruang pemulasaraan jenazah untuk melihat jenazah bayinya ketika tiba-tiba ponselnya berdering dan tertera tulisan PAPI, gegas di angkatnya telepon dari papinya.   [Assalamualaikum, Pi.] salam Arga begitu mengangkat telepon papinya.   [W*'alaikumsalam, Arga. Ga, maaf papi dan mami baru aja sampai di rumah sakit, tadi kami terjebak macet karena hujan angin ribut. Semoga istri dan anak kamu bisa tertolong, ya.] Indra, papi Arga menjelaskan alasan keterlambatan mereka kepada Arga.   [Iya, nggak apa-apa, Pi. Rasti, alhamdulillah selamat, tapi anak Arga ....] Arga me
Read more
DMCA.com Protection Status