Majikan Brondong yang Meresahkan

Majikan Brondong yang Meresahkan

By:  Oviollette  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
5Chapters
622views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Orang tua Florencia mengalami kebangkrutan, sehingga gadis itu harus bekerja sebagai seorang asisten pribadi seorang pria kaya raya yang merupakan anak dari sahabat papinya. Pria bernama Evander yang merupakan majikan dari Florencia itu sangat menyebalkan di matanya. Usia mereka terpaut cukup jauh, Evander tujuh tahun lebih muda dari Florencia. Seringnya mereka bersama, menghadirkan benih-benih cinta di hati gadis cantik pemilik bibir tipis itu. Namun, Evander yang cuek dan dingin, sangat sulit ditebak hingga membuat Florencia menerka-nerka apakah pria itu memiliki perasaan yang sama atau tidak. Sementara itu, mengingat usia anak gadis satu-satunya sudah menginjak kepala tiga, orang tua Florencia pun memintanya untuk segera mencari calon suami. Jika dalam waktu lima bulan tidak juga membawa calon suami ke rumah, maka Florencia harus bersedia dijodohkan dengan pria pilihan sang Papi. Akankah Florencia berhasil mencuri hati Evander, atau akan ada pria lain yang hadir di dalam hidupnya dan membawakan cinta yang selama ini gadis itu harapkan?

View More
Majikan Brondong yang Meresahkan Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
5 Chapters
Bab 1
"Flo, nanti malam jadi, kan?""Jadi, dong. Eh, iya, si Rena mau ikut katanya.""Ajak aja, biar rame. Giliran lu yang bayarin, kan?""Iya, elaaah, anak sultan diremehin.""Anak sultan kalau di rumah. Di kantor, mah, kan, sama aja lu cuma karyawan biasa.""Dih! Diingetin lagi. Gue, kan, jadi enggak semangat kerja.""Lagian, Bokap-Nyokap lu aneh. Pemilik perusahaan besar, tapi malah nyuruh anaknya kerja di perusahaan lain. Sebagai karyawan biasa pula.""Dah, ah! Capek gue ngebahasnya. Sampe nih mulut berbusa juga jawabannya pasti sama. Biar gue enggak manja."Percakapan dua orang wanita bernama Florencia dan Hanna itu berakhir dengan permasalahan yang sama. Masalah yang belum terlihat jelas arah dan tujuannya, padahal sudah berlangsung selama dua tahun. Mereka pun kembali ke meja kerja masing-masing.Satu berkas lagi yang harus Florencia kerjakan sebelum jam pulang kantor yang hanya tinggal dua jam. Gadis cantik bermata indah itu mendadak bad mood karena partner yang sekaligus sahabat se
Read more
Bab 2
Florencia merasa frustasi, memikirkan nasib masa depannya. Dia terbiasa bergelimang harta, meskipun kedua orang tuanya tak memanjakan dia. Anak tunggal yang seharusnya menjadi kebanggaan, kini seakan-akan Florencia merasa menjadi anak yang tak berguna."Papiii! Tolong, Pi!" teriak Florencia ketika mobil mewahnya hendak diambil oleh pihak bank. Seorang pria bertubuh tinggi sedang tarik-menarik kunci mobil dengan gadis penyuka bunga tulip itu.Beberapa karyawan hanya bisa melirik ketika melihat pemandangan yang begitu miris tersebut. Karena tak mendapatkan respon dari sang Papi yang hanya melintas melewatinya tanpa menggubris teriakannya, Florencia pun meminta bantuan kepada satpam yang ada di dekatnya. Akan tetapi, satpam itu menolak dan sama saja tidak bisa berbuat apa-apa.Melihat Samuel yang berjalan makin jauh menuju gerbang kantor, Florencia akhirnya terpaksa merelakan mobilnya diambil, lalu mengejar sang Papi dengan heels 5 senti yang dikenakannya."Pi, tungguin Flo!" seru Floren
Read more
Bab 3
Mobil yang ditumpangi oleh Florencia dan Nando mengerem mendadak karena teriakan gadis berbibir tipis itu."Maaf, Tuan. Saya kaget," ucap sopirnya Nando yang bernama Agus."Iya, enggak apa-apa, lanjut jalan, Pak," ujar Nando sambil melipat kedua tangannya di dada.Florencia merasa malu dan ketakutan itu pun makin menjadi-jadi ketika Nando melirik tajam ke arahnya. Gadis itu terdiam seribu bahasa. Setengah jam berlalu, mobil memasuki halaman sebuah rumah yang megah dan mewah. Agus bergegas membukakan pintu untuk Nando setelah mobil terparkir."Ayo!" titah Nando, meminta Florencia untuk turun dari mobil.Mata Florencia berkeliling memandang rumah bergaya klasik dengan nuansa kuning gading. Dia merasa heran karena yang ada di pikirannya ternyata salah. Antara senang dan sedih, bercampur kebingungan, berkecamuk di hatinya. Senang karena tidak dibawa ke hotel, tetapi juga sedih dan bingung sebab masih belum tahu apa pekerjaan yang akan Nando berikan."Om, kenapa kita ke sini?"Akhirnya, Flo
Read more
Bab 4
"Oke, kita awali status lu sebagai asisten pribadi gue dengan menyiapkan makan siang. Bawa ke kamar gue karena gue lagi males makan di ruang makan." Evander bangkit dari duduk, lalu beranjak keluar."Huh, dasar nyebelin!" ucap Florencia dengan suara tertahan sambil mengepalkan tangannya."Heh, ngapain masih di situ? Buruan, gue lapar!" Tiba-tiba, Evander sudah berdiri di ambang pintu dan membuat Florencia sedikit kaget."Iya, iya. Bawel banget lu, Van!" "Eh, tunggu! Lu sebut gue apa tadi? Van? Gue ini majikan lu, jadi mulai sekarang panggil gue dengan sebutan Tuan Muda.""Sekarang gue tanya, usia lu berapa?" "Dua puluh empat tahun."Florencia tertawa mendengar jawaban dari Evander."Kenapa lu?" tanya Evander, merasa heran."Hadeeeh .. bocil ternyata.""Bocal-bocil aja lu. Emangnya, umur lu berapa?""Gue? Tiga puluh satu tahun."Kali ini, Evander yang tertawa terbahak-bahak setelah Florencia menjawab."Udah tua ternyata lu, ya. Gue pikir, kita seumuran. Umur segitu lu belum married?
Read more
Bab 5
Florencia menaiki tangga dengan perlahan-lahan, sedangkan Evander terus saja menghitung. Karena merasa high heels-nya mengganggu, Florencia meletakkan nampan yang dibawanya di anak tangga, lalu melepas sepatu berhak tinggi warna merah cabai itu. Kini, Florencia lebih leluasa berjalan dengan cepat."Empat puluh empat, empat puluh lima, empat puluh enam, empat puluh tujuh …." Evander menghitung dengan lebih cepat, membuat Florencia panik."Sabar, Tuan Mudaaa!" seru Florencia yang sudah tinggal beberapa anak tangga lagi harus dia tapaki."... Lima puluh satu, lima puluh dua, lima puluh tiga, lima puluh empat, lima puluh lima, lima puluh enam, lima puluh tujuh, li-ma pu-luh de-la-pan, li-ma pu-luh sem-bi-lan, e-nam pu—""Stop!" Dengan napas tersengal-sengal, Florencia akhirnya berhasil membawakan nampan berisi makan siang untuk Evander dalam waktu yang sudah ditentukan."Lama banget!" Evander berbalik badan, lalu melangkah masuk ke kamarnya."Loh, ini—""Bawa sini makanannya!" seru Evande
Read more
DMCA.com Protection Status