Embarrassment X Sadness

Karena utang ayahnya, Safira diam-diam bekerja sebagai pemandu karoke. Sayangnya, Kai--calon adik iparnya--mengetahui itu. Panik, Safira pun menyetujui apa pun permintaan pria tersebut asalkan dia tidak membocorkannya pada sang kekasih. Hanya saja, ia lupa jika Kai adalah seorang "pemain wanita" yang bisa membuat Safira lengah dan ... terlibat dosa termanis. Lantas, bagaimana kisah keduanya?

Yui sudah menjalani hidupnya dengan baik. Di dunia yang kejam ketika status sosial antara upper class, middle class dan lower class menjadi patokan yang mendasar, dia masih berusaha hidup dengan penuh kebahagiaan. Di masa sekolah ia sudah mengejar cinta pertamanya dengan sekuat tenaga. Wanita gila yang terlalu percaya diri, itu yang teman-temannya katakan padanya. Akan tetapi, tetap saja, mereka berasal dari dunia yang berbeda. Ketika ia merasa sudah mendapatkan cintanya, ia akhirnya tertampar oleh kenyataan dan menyadari jika mereka tidak akan bisa bersama. Kini, setelah 8 tahun berlalu, kenapa ia bertemu lagi dengan cinta pertamanya?

"Temani aku tidur seperti dulu setiap kali aku merasa sedih." rengek Lillian. "Oh, Lili. Jangan menggodaku atau kamu akan menyesal." bisik Harvey dengan suara serak. Ketegasannya tiba - tiba saja menguap entah kemana. Permintaan Lillian untuk tidur bersama membuat pikirannya tak waras. Harvey tidak minum tapi dia mabuk oleh pesona Lilian, adik ipar sekaligus wanita yang selalu dijaganya sejak kecil. Kondisi Lillian yang mabuk justru membuatnya terlihat semakin cantik. Mata yang sayu dan bibir mungil yang sedikit terbuka menantang Harvey untuk menyentuhnya. Belum berhasil mengumpulkan kewarasan, Lillian malah melingkarkan tangannya ke bahu Harvey, memaksa laki - laki itu mendekat. Detik berikutnya Lillian langsung menyambar bibir Harvey....

Jika ternyata benar manusia hanyalah segerombolan mahluk yang diternak oleh para dewa, apakah kesombongan manusia itu masih berguna? "Kau tidak punya pilihan lain selain melepas keserakahamu saat ini manusia!" Apakah kematian benar-benar akhir dari kehidupan?

Cinta Zilva diuji saat sang suami dipaksa ibunya untuk menikah lagi demi mendapatkan keturunan. Mungkinkah Zilva dan Amran tetap bersama setelah ada Lala dan Zain yang hadir di antara mereka?

Isabella Swan, berkorban demi pria yang dicintainya. Dirinya, menggantikan kekasihnya itu sebagai tersangka pembunuhan. Kepercayaan dan cintanya dikhianati. Bahkan, kekasihnya berselingkuh dengan saudarinya. Hal itu, membuat Bella terjebak dibalik jeruji. Tidak ada yang menolongnya, bahkan mereka semua berusaha agar dirinya mendekam dan membusuk di sana. Bella keguguran di balik jeruji. Hidupnya seakan di neraka, tetapi rasa benci memberikan kekuatan untuk bertahan hidup. Pengorbanannya itu, membawa Bella ke hadapan Benedict Knight. Pengusaha kaya dan terkenal arogan. Pria yang kehilangan kekasih, karena kecelakaan yang membuat Bella meringkuk dibalik jeruji. Rasa benci membuat Ben semakin terobsesi kepada Bella. Membuatnya selalu memperhatikan setiap langkah wanita itu, baik dibalik maupun di luar jeruji. Bau busuk tidak akan mampu disembunyikan selamanya. Akan tiba saatnya, bau itu menguar. Perlahan dan pasti, kebenaran mulai terungkap. Rasa benci, perlahan berubah menjadi cinta. Membuat kehidupan Bella yang seakan di neraka, berubah total.

Ika harus menanggung semua beban hidupnya sendiri karena suaminya tak mampu memberinya nafkah lahir dan batin. Tak disangka, bapak mertuanya datang bak pahlawan, ia mau menanggung semua kebutuhan Ika, termasuk kebutuhan lahiriah, dan kebutuhan di ranjang

Seeing my best friend Wilson got married to my another best friend, Elena, I was more than devastated. How could Wilson marry someone when I had admired him for far too lang than one could even count? But I had another way to stop my sadness - get drunk to my heart's content which was a mistake when I woke up lying in a different bed. I had a one-night stand, and if that wasn't enough, I signed a marriage contract with this stranger. Or more precisely to Daniel Manzo, the CEO of Manzo Group. I must get out of this unreasonable marriage! Dalvin: "Wife, if you step out of this mansion once again, I'll make sure you're unable to walk for one week starting tonight!" I stomped on his feet and told him, "I'll break your feet before you break mine! Adieu!" Disclaimer: In the process of editing 11-15 chapters.

Allisya Mireya Samudra, liked Luis Edduardo Duttlof, the CEO who is 10 years older than her since their first meeting when they were 8 years old. However, according to Luis, Reya's feelings were only for a moment, because the child was still a teenager who was trying to find his identity. Every day, Reya always gets rejection from Luis, but all these rejections make her even more excited and make Luis sick of seeing her. Until finally, Luis realized the changes that were happening to Reya, and he was very sorry after knowing about Reya's real life. A woman who lives a life full of pretense, and also a woman whose life is like the Calendula flower, the flower he gives when that woman asks for it. A flower that turns out to save a lot of destruction and sadness to survive without anyone wanting it in this world. When Luis tries to make things right, things are no longer the same. And he can no longer apologize to the woman he always hurts directly every day.

“You know the consequence of your decision?” Edwin’s tone was as indifferent as usual. He never cared for her, Janet knew this. It didn’t affect her before because she always knew her place, but it was hurting then. Three months. They were living together, sharing a life; she didn’t know it was only a moment of passion for Edwin, and it was unacceptable. She hardened her demeanor and gulped her sadness inside to face Edwin. “I know,” Her reply was short but determined. “You are being stubborn,” Edwin replied. This time, she was getting on his nerves. “Mr. Wilson, I can accept any of your demands. But I would never be a second woman in someone’s relationship.” Janet didn't want to compromise anymore. One rainy night, they met each other and fate connected them. Janet didn’t know that night not only did she lose her virtue, but she would lose her heart, too. But being someone’s mistress wasn’t something she would ever accept.