Dari Budak Menjadi Bencana
Kehidupan Wa Lang di Bumi berakhir sia-sia. Miskin, sendirian, dan terlupakan. Kematiannya pun tak mulia. Namun, ternyata menjadi awal mimpi buruk baru. Ia terbangun di dunia kultivasi yang kejam, bukan sebagai protagonis berbakat, melainkan sebagai budak dengan sisa hidup sepuluh hari. Sepuluh hari sebelum jiwa dan raganya digunakan sebagai pupuk spiritual untuk menyuburkan tanaman obat para kultivator jahat. Terjebak di antara kematian kedua dan kehidupan sebagai bahan mentah, Wa Lang hanya punya satu senjata: akal sehatnya sebagai manusia modern. Dengan sisa-sisa pengetahuan kimia, fisika, dan psikologi dari Bumi, ia harus meramu, memanipulasi, dan mengakali jalan keluar dari tempat yang seharusnya tak tertembus. Ini bukan kisah tentang menjadi yang terkuat. Ini kisah tentang bagaimana seekor belalang yang cerdik dapat merobek akar pohon ek yang paling sombong.