pedang es

Seven menatap puluhan prajurit dan penyihir yang sedang memporak-porandakan Kota Crucio. "Cih! Mudah sekali, tetapi itu cukup sulit, kecuali ... kecuali aku menggunakan kekuatan pedang ini." Pemuda itu membuat gempar kota Crucio. Dia berhasil mengalahkan puluhan prajurit dan penyihir bersama dua sahabatnya. Satu tebasan pedangnya membuat kagum penduduk kota ini. Dua sahabat Seven, memintanya agar tidak menunjukkan kekuatan pedang naga hitam lagi. Jika tidak, dia akan menjadi buronan Kerajaan Valdermen dan Kerajaan Rondland yang mencari keberadaan pedang tersebut. Apa yang terjadi jika pedang naga hitam jatuh pada salah satu kerajaan tersebut? Akankah terjadi sesuatu yang besar?

Jagat persilatan dibuat gempar dengan kemunculan lelaki bertopeng. Dia membunuh banyak sekali pendekar-pendekar aliran putih hanya demi mendapatkan pengakuan sebagai pendekar yang terkuat Lelaki itu adalah Argani Bhadrika. Dia mendirikan sebuah partai yang diberi nama Persaudaraan Iblis. Tujuannya adalah ingin menguasai dunia persilatan dan menduduki kerajaan Jayakastara. Argani dipengaruhi oleh penyihir jahat yang bernama Dewa Kalajengking. Dia menyuruh Argani supaya mengumpulkan "Empat Pusaka Penakluk Jagat" sebagai syarat bila Argani hendak menundukkan seluruh dunia persilatan. Salah satu dari keempat pusaka itu dipegang oleh Giandra Lesmana. Dia memiliki pusaka yang bernama Pedang Penebas Setan. Senjata tersebut merupakan warisan dari kakeknya. Giandra bertekad akan mengalahkan Argani Bhadrika dan menghancurkan seluruh Persaudaraan Iblis. Dia juga bertekad akan mencari dan membinasakan Dewa Kalajengking demi mengembalikan kedamaian di dunia persilatan. Mampukah Giandra melakukan hal itu? Apa saja rintangan dan bahaya yang dia hadapi? Baca ceritanya hanya di GoodNovel!

Julia Campos, la hija mayor de una familia prominente, fue secuestrada durante tres años. Cuando finalmente logró escapar, pensaba que su pesadilla había terminado, pero no imaginaba que estaba a punto de caer en un abismo aún más profundo. Sus padres, que antes la adoraban, ahora la evitaban como si fuera veneno. Su hermano mayor, quien siempre la había protegido con mucho cariño, sentía un profundo desprecio hacia ella. Incluso su hermana adoptiva la trataba con burlas y desprecio. Y su novio de la infancia, quien le había jurado amor eterno, se había convertido en el prometido de su hermana adoptiva y deseaba que ella desapareciera. Todo esto porque circulaban rumores de que había contraído una enfermedad vergonzosa y que había tenido un hijo con un anciano, manchando así el prestigio de los Campos. Devastada, decidió cortar lazos con su familia. Con una fortuna oculta de más de cien millones, se casó repentinamente con Antonio Ortega. Todos sabían que Antonio era un cirujano excepcional, un genio de la medicina, joven, apuesto y de familia prestigiosa, pero nadie se atrevía a acercársele ni a presentarle candidatas para matrimonio. Esto se debía a su personalidad solitaria e impredecible, pues la línea entre el genio y la locura era muy delgada en él. Sin embargo, desde que se casó con la despreciada señorita Campos, el doctor Ortega se transformó en un esposo completamente devoto, presumiendo su amor en público y siendo extremadamente cariñoso en privado. Cuando la familia Campos estaba al borde de la bancarrota y sin opciones, acudieron a su yerno en busca de ayuda: — Por favor, como parte de la familia, ayúdanos a descubrir quién está detrás de todo esto... Antonio, abrazando a su esposa y besando tiernamente su mano, respondió: — Mi Julia es demasiado bondadosa como para ser la culpable, ¿no creen? La familia Campos quedó boquiabierta. — Julia... ¡fuiste tú!

Demi adiknya tercinta, Bianca Dawson rela menerima perjodohan dan menikahi pria yang terkenal tampan, rupawan dan dingin seperti es batu yang mengambang di samudera atlantik. Seorang pria bernama Gerald Lagrave. Seorang pria yang telah menaruh hati pada wanita lain. Seorang pria yang sudah bersumpah di malam pertama mereka, bahwa sampai kapan pun, ia tidak akan pernah mencintai Bianca. Ketika dua hati dipaksakan besatu dalam ikrar suci untuk saling mencintai sehidup semati, apakah janji itu dapat terpenuhi ketika hati mereka saling membenci? . . . AYAS.

Di sebuah desa kecil yang terhampar di lereng gunung, hiduplah seorang pemuda bernama Takeshi. Dari kecil, Takeshi telah dibesarkan di dojo kecil di desa itu. Dia bermimpi untuk menjadi seorang pendekar pedang yang hebat, seperti yang sering digambarkan dalam cerita-cerita legendaris yang didongengkan oleh orang tua desa. Takeshi adalah sosok yang teguh dan bersemangat, meskipun sering dianggap terlalu naif oleh rekan-rekannya yang lebih tua. Wajahnya yang penuh dengan semangat dan mata yang berbinar-binar ketika mendengar kisah-kisah pahlawan zaman dulu menjadi ciri khasnya. Namun, di balik keberaniannya, Takeshi masih belum memiliki keterampilan yang cukup untuk dianggap serius sebagai seorang pendekar. Di dojo, Takeshi sering menjadi sasaran cemoohan dari rekan-rekannya yang lebih mahir dalam seni bela diri. Mereka meremehkan tekadnya yang kuat, menyebutnya sebagai "pemimpi bodoh" yang tidak mampu menghadapi kenyataan kejam dunia luar. Meskipun begitu, Takeshi tidak pernah kehilangan semangatnya. Baginya, impian menjadi seorang pendekar pedang bukanlah sekadar fantasi kosong, tetapi tujuan hidup yang sesungguhnya. Saat usianya mencapai 17 tahun dia pergi dari Dojo itu untuk mencari pengalaman baru karena dia berpikir tidak akan berkembang di lingkungan yang buruk itu. Di perjalanannya, Takeshi mendengar pembicaraan tentang katana pusaka, katana yang sudah sering di gunakan oleh pendekar pendekar pedang terdahulu, dia lalu tertarik untuk mencari katana itu, mengahadapi segala rintangan yang ada.

N’avez-vous jamais rêvé de remonter le temps ? D’avoir la chance de tout recommencer ou de revivre ne serait-ce qu’une partie de votre vie différemment ?L’Alecton est votre chance ! À la veille de votre mort, trois tickets pour l’Alecton vous sont offerts. Trois chances de refaire le voyage de votre vie. Trois chances de gommer à tout jamais vos amertumes.Lucien Agravelle est un de ces heureux élus. Alors qu’il se rapproche inexorablement de la fin, aigri par la vie et alourdi de ses trop nombreux regrets, ces fameux tickets lui sont offerts.Seulement il ne soupçonne pas quelle merveilleuse opportunité lui cela représente...Découvrez-le dans ce magnifique roman offrant un voyage imaginaire à travers vos années passées.Lauréat du concours organisé par l’Académie des Écrivains

"Gila,"ucap Dyandra singkat padat dan jelas. "Ayolah Dy. Kamu sekarang sudah jadi Nyonya Chandra Aklarta Maurya,"ucap Chandra. "Oh,"balas gadis itu. "Es berapa truk kamu makan Dek. Atau kamu lagi sariawan?,"tanya Chandra. "So?,"ucapnya santai. "Dek kamu ngomong singkat sekali lagi, ku cium di depan semua mahasiswa mu,"ucap Chandra tak membuatnya gentar dengan ancaman belaka. "Dek kalo kamu sengaja dingin untuk membuat ku menyesal. Kamu sudah berhasil Dek. Malam itu setelah putus dengan Divyan, setiap ada kesempatan, selalu ke bandara Adisutjipto berharap kedatangan mu di tahun saat aku juga sudah siap meminangmu. Sampai akhirnya pindah tugas ke Skuadron 21 masih saja tetap menunggu kedatangan mu. Ujungnya tanpa terduga malam itu kita bertemu lagi. That's more than a chance,"ucap Chandra tersenyum lebar. "Jadi maksudnya aku pelampiasan?,"tanyanya tersenyum miring. Dyandra, gadis cerdas tanpa sejengkal niat dipaksa menikah dengan pria yang menghancurkan masa muda bewarnanya saat rinai hujan turun. Membekukan semua senyum dan tawa riang menjadi gunung es abadi.

Depuis que l’air est devenu irrespirable, les gens ne sortent plus de leur appartement. Les portes des immeubles sont scellées, tel l’entrejambe d’une chrétienne prémaritale. 
Alors Vincent, programmeur, occupe ses journées de lignes de code, de sandwichs lyophilisés et de porno sur le web. 
Sa vie est insipide. 
Jusqu’au jour où apparaît sur son écran un message gouvernemental. Roulements de tambours et musique à crissement, sa vie bascule. L’acharnement ubuesque qu’il a donné pendant tant d’années à maintenir sa vie dans la banalité la plus inintéressante vole alors en éclat. La prison le guette, les cyber-terroristes l’espionnent. C’est la merde.

Dystopie drôle et crue, La Déréliction de la Chaussette trouée propose une réflexion cynique sur la génération Y au travers d’une société cyber dépendante.


"Tal vez nunca lo sabría. O tal vez era la mujer que veía ante mí quien tenía las respuestas. Esta no era una princesa ni una reina. Esta era una guerrera, una guerrera que pretendía luchar." ** Yo, Constance Cladwell, era la hija del Rey Alfa en los Territorios del Norte—una princesa destinada a reinar hasta que el Rey del Sur invadió mis tierras, matando a mi manada y a mi familia. Huí buscando protección del Rey Alfa de los Territorios del Este para advertirles de los peligros que se avecinaban, solo para enfrentarme con lo que nunca esperé: mi compañero destinado. Ahora arrojada a un mundo donde la guerra estaba a la vuelta de la esquina y atrapada entre el hombre que anhelaba y las atenciones del Rey, me quedo con una decisión. ¿Me sacrificaré y me convertiré en la Reina Luna para asegurar venganza contra mi enemigo, o aceptaré el destino y lucharé por el amor de mi compañero? ** «La Princesa Rechazada» es una obra de Claire Wilkins, una autora de eGlobal Creative Publishing.

Jean-Baptiste Messier nous livre ici un recueil de nouvelles érotiques torrides à souhait. Toutes ont été saluées par les lecteurs à part une nouvelle inédite « Ma lecture de vacances » qui dénote par sa perversité assumée. On retrouve avec délice et dans l’ordre : Un train d’enfer, Femme-chatte, nuit féline, Le lys noir, La féministe et le peintre, Ma lecture de vacances, L’impossible retour, La femme du sculpteur, Sex-toy au journal télévisé, Ma femme avec une femme (vengeance de femme), Hotline. Il y en a pour tous les goûts et même plus que ça ! « Sexe, mensonges et vidéos… quoi de plus déroutant et excitant pour un homme viril de voir son épouse sexy succomber à une autre femme… Mouss va en faire les frais… entre désirs et jalousie… plaisirs érotiques… et quel dénouement… encore une fois la plume de Jean-Baptiste Messier m’aura transporté aux confins du plaisir » Valérie L « un coté doux rêveur qui se raccroche à son monde présent dans le regret de ses fantasmes. des dialogues codés, des sous-entendus qui ouvrent les portes de sensations tactiles « non sages ». Les mots effleurent puis enflamment notre libido. j’y ai trouvé beaucoup d’humour…L’Asie et la Scandinavie. Deux autres fantasmes, dans l’esprit masculin, ici revisités par Jean-Baptiste Messier. » Eva C. « La plume est franche, très masculine y compris dans la description de la scène sensuelle, cependant j’ai aimé ce vocabulaire cru sans être vulgaire, dernier instant pour deux hommes qui savent qu’ils vont mourir. Un français impeccable, un mystère qui reste entier car trop peu d’éléments dans un si court récit pour bien s’imprégner et pourtant il y a un petit quelque chose qui vous attire. » Samba