/ Romansa / 09.06 / Chapter 7

공유

Chapter 7

작가: Sasha
last update 최신 업데이트: 2021-09-20 10:58:32

"Thanks udah mau bantuin," ucap Raja.

"Nggak masalah kali. Lagian, kita kan teman," sahut Mervi.

"Mau mampir?" tawar Raja. Mereka menggeleng. 

"Lain kali aja. Gua mau ke masjid dulu. Lo nggak ke masjid?" tanya Bian. 

"Gue non-muslim," jawab Raja. 

"Oh, sorry. Gua nggak tahu soal itu." Raut wajah Bian menjadi pias. 

"Nggak masalah." 

"Kalau gitu kita duluan ya," ujar Marva. Raja mengangguk. 

"Ntar malem jan lupa kumpul di warung tadi. Anggap aja perkenalan diri lo." Suara Ojal. 

"Kalau nggak sibuk, gue ngumpul kok."

***

Makan malam telah tiba. Balak dan anak itu tampaknya tengah menikmati makan malam.

"Bagaimana keseharian kamu selama Papa nggak ada di rumah?" tanya Heru membuka percakapan.

Raja terdiam cukup lama. "Nothing special, and very boring. But, quite fun." 

"Any friends here?" 

"Yes. But not as cool as the ones over there."

Heru menyudahi makannya. 

"Mulai besok, kamu sudah mulai sekolah. Dan, nggak ada lagi kata mengantar kamu ke sekolah. Jangan membuat Papa malu." 

Setelah mengatakan itu, Heru melongos pergi, meninggalkan Raja yang masih termenung.

"Sekolah, sekolah dan sekolah. Sangat membosankan."

***

Pagi telah tiba. Sekolah SMA Gerhana mulai ramai akan anak murid yang mulai berdatangan. 

Tepat pukul delapan pagi, kegiatan pembelajaran sudah di mulai. Guru mulai masuk ke dalam kelas untuk mengajar.

Tapi tidak seperti kelas 10 IPS 3. Suasana yang hening, namun bukan karena belajar. Warga kelas sibuk pada benda pipih nya masing-masing.

"Ini memang nggak ada guru atau bagaimana?" 

Suara seorang lelaki bernama Nanda Ardiansyah, memecah keheningan.

"Mungkin gurunya lelah, mengajari kita yang sama sekali tidak mudah paham. Dan berakhir mengundurkan diri dan berakhir bunuh diri." 

Jawaban yang keluar dari mulut seorang lelaki bernama Afriansyah Mukti menimbulkan suara kebisingan.

"Afri kalau ngomong nggak ada benar-benarnya," celetuk Zahra.

"Ya, lagian udah berapa les kita kosong? Kalau memang nggak masuk, kenapa nggak kasih tahu aja coba. Menunggu itu nggak enak," sahut Saddam.

"SEMUANYA HARAP DIAM!" 

Suara bariton itu mengagetkan warga kelas. Seketika suasana menjadi kicep, lantaran tatapan tajam menatap mereka secara bergilir. 

"Kapan guru itu masuk?" bisik Zahra pada Aisyah. Teman sebangkunya.

"Nggak tau. Tiba-tiba aja nongol, kek jelangkung," jawab teman Zahra pelan agar tidak terdengar oleh guru di depan.

"Itu yang di belakang ngapain bisik-bisik? Nggak ada kerjaan lain?" tegur guru tersebut. 

Atensi mengarah pada Zahra dan Aisyah. Keduanya menunduk malu. Guru sialan! Umpat kedua perempuan itu.

"Perhatian semuanya. Harap diam dan jangan bersuara. Saya menyita waktu kalian sebentar," ujar guru itu bernama Dewan. 

"Hari ini kalian kedatangan teman baru," ujar guru itu. 

"Kamu yang di luar, silahkan masuk dan perkenalkan diri kamu ke teman-teman kamu." Pak Dewan kembali berucap.

Seorang lelaki dengan jaket berwarna biru itu masuk ke dalam kelas, dan mengundang perhatian para kaum cewek kelas tersebut.

"Harap semuanya diam dan jangan ada yang berbicara lagi!" perintah pak Dewan.

"Silahkan perkenalkan diri kamu." Lelaki itu mengangguk.

"Cukup panggil Raja. Pindahan Bandung." Perkenalan yang sangat singkat.

Pak Dewan terdiam cukup lama. Lalu berujar. "Nggak ada yang mau di sampaikan lagi ke teman-teman kamu?" 

Raja menggeleng sebagai jawaban. 

"Saya nggak kenal dengan mereka. Dan, mereka bukan teman saya, pak." 

Pak Dewan mengangguk saja. "Silahkan kamu duduk di samping—Fila mana?" tanya pak Dewan sesaat menyadari bahwa ada yang kurang.

"Fila nggak tau, pak," jawab salah satu siswi bernama Cahya.

"Fila ke toilet tadi, pak. Katanya kalau ada guru masuk, suruh izin dulu." 

Pak Dewan memanggut. 

"Kamu duduk di salah satu bangku kosong. Pastikan besok sepatu kamu berwarna hitam polos, bukan berwarna hitam putih. Paham?" 

Raja mengangguk malas lalu berjalan ke bangku kosong.

"Baiklah. Pelajaran kita kali ini tentang fisika. Ada yang tahu apa itu fisika?" tanya pak Dewan memulai pembelajaran.

"Fisika adalah cabang dari pelajaran IPA, pak," jawab Nanda.

"Bagus. Yang lainnya? Menurut pendapat kalian aja lah. Kira-kira, apa itu fisika?" 

Hening dan diam. Sangat mewakili suasana kelas tersebut.

"Auh! Nggak ada yang tahu? Macam mana kalian ini. Fisika aja nggak tahu?" tanya pak Dewan menggelengkan kepalanya.

"Kalau nggak ada yang menjawab, terpaksa saya akan menunjuk kalian satu persatu," ancam pak Dewan.

"Saya pak!" Zahra mengangkat tangannya ke atas.

"Ya, kamu. Apa yang kamu ketahui tentang fisika?" 

"Fisika adalah pelajaran menghitung buah jatuh," jawab Zahra dengan santai.

"Fisika adalah pelajaran menghitung buah jatuh? Memangnya fisika hanya menghitung buah jatuh saja?" 

"Yang lain?" 

"Fisika adalah sebuah pelajaran," kata Saddam.

"Fisika adalah pelajaran yang tidak saya sukai," ucap Dafa.

"Sangat jujur sekali ya, Dafa," sahut Aisyah.

"Siti Aisyah. Mana orangnya?" panggil pak Dewan.

"Saya pak!" Aisyah mengangkat tangannya ke atas.

"Apa yang kamu ketahui tentang fisika?" 

"Fisika adalah musuh bebuyutan saya setelah matematika," jawab Aisyah enteng. Tak lupa dengan senyuman andalannya.

"Yang lainnya?" 

"Fisika adalah sebuah pelajaran yang mengajarkan saya arti kegabutan yang sebenarnya." 

"Fisika adalah pelajaran tersulit setelah matematika."

"Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang pelajaran fisika."

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • 09.06   Chapter 12

    Heru mengangguk. Alasan yang bagus."Masuk ke kamar kamu sana. Besok sekolah, dan Papa nggak mau kamu absen di bulan pertama. Kalau bulan kedua mah, nggak papa," suruh Heru yang dibalas anggukan oleh Raja.Setelahnya, Heru pergi menuju kamarnya sendiri. Namun, mendengar suara Raja lagi, dirinya mengurungkan niatnya."Pa," panggil Raja. Dengan cepat, Heru membalikkan tubuhnya."Kenapa?" Raja menatap Papa nya dengan ragu."Apa yang mau kamu katakan? Jangan ragu, katakan saja. Daripada mengganggu pikiran kamu, dan kamu tidak bisa tidur dengan nyenyak." Suara Heru kembali mengudara."Papa.... tau rumah Ayah, tidak?"Heru menatap anaknya bingung. Kenapa mendadak bertanya tentang Ayahnya?"Memangnya kenapa?""Kamu rindu dengan Ayah kamu yang brengsek itu?"Kalimat itu sangat menusuk di hati Raja."Bukan. Raja cuma mau ambil foto Bunda aja. Kata Tante Alifah, Papa ng

  • 09.06   Chapter 11

    "Maafkan saya, pak. Saya terpaksa melakukan itu karena istri anda yang keracunan makanan. Penyakit pasien yang mendadak kambuh, juga hantaman keras itu membuat istri anda tidak bisa bertahan dengan lama. Tadi, pasien sempat sadar sebentar, dan meminta kami untuk menyelamatkan anaknya, dibanding dirinya. Sedangkan bapak tadi mengatakan harus menyelamatkan istri bapak dibanding anaknya. Dan kami memutuskan untuk menyelamatkan anak anda, karena salah satu pembunuh darah istri anda yang bocor. Sekali lagi, saya dan tim saya minta maaf, pak."Dari penjelasan dokter tadi, satupun tidak ada yang bisa Rizal terima. Di satu sisi, dirinya sangat senang anak yang sejak lama ia tunggu, akhirnya lahir, namun dalam keadaan prematur. Sedangkan di sisi lain, dirinya sangat kecewa lantaran istrinya yang meninggalkan dirinya seorang diri, dengan bayi hasil dari pernikahannya dengan Widya.Kenapa takdir sangat kejam dengannya? Mengapa salah satu diantaranya harus pergi, sedangkan d

  • 09.06   Chapter 10

    "Nggak tahu. Tadi gue ke kamar mandi sebentar. Pas gue balik, di sini cuma ada Rizal doang. Pas gue tanya Widya sama Jia ke mana. Katanya mereka mau ke kamar mandi. Tapi, setengah jam kita berdua nunggu, mereka nggak balik-balik." Heru menjelaskan dengan detail. "Gimana? Widya udah ketemu?" tanya Rizal dengan napas tidak beraturan. "Belum. Gue udah cari ke seluruh tempat di taman, tapi nggak ada." Heru menjawab. "WOI! JANGAN DIAM AJA, ITU DI TOLONGIN MBAK-MBAK NYA. KASIHAN DIA. SEBENTAR LAGI AMBULANS DATANG!" Teriakan dari arah jalan mengalihkan pandangan mereka. "Itu ada apa?" tanya Alifah ketika melihat banyaknya orang yang berlarian menuju jalan raya. Tidak menjawab pertanyaan Alifah, para lelaki itu berlari kencang, menerobos kerumunan massa yang mengumpul. "WIDYA!" teriak Ri

  • 09.06   Chapter 9

    "Maksudnya apa? Jangan sembunyiin semuanya dari aku, aku bingung harus kayak mana." Raja menunduk dalam."Kamu memang orang yang sudah membuat Bunda kamu pergi, karena saat itu, Bunda kamu berjuang mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan kamu."Raja tertegun mendengar itu. Jadi, benar. Dirinya adalah orang yang sudah membuat Bunda nya pergi?"Tapi, semua itu tidak akan terjadi jika Mama kamu bertindak segila itu. Saat itu...."Flashback09 Juni 2006Alifah, Widya, Jia dan para lelaki lainnya, berjalan menemani Widya yang katanya tengah ngidam. Menginginkan jalan-jalan di sekitaran taman bersama-sama."Kalau nanti anak aku udah lahir, pasti kita nggak akan bisa kumpul kayak gini lagi. Pastinya aku bakal sibuk urus anak aku." Widya membuka suara."Nggak papa kali, Wid. Lagian, kita kan bisa datang ke rumah lo. Nggak usah sedih gitu, ah," hibur Alifah."Nah, benar yang di katakan Alifah. Nggak usah merasa

  • 09.06   Chapter 8

    "Fisika adalah suatu pelajaran yang terdiri dari enam huruf.""Fisika adalah suatu pelajaran yang memahami arti emosi, pusing, dan sabar dalam waktu yang bersamaan."Jawaban ngawur lainnya masih terdengar, membuat guru itu bungkam."Kenapa diam, pak? Jawaban kami salah?" tanya Afri."Nggak. Jawaban kalian nggak ada yang salah, dan juga nggak ada yang benar," jawab pak Dewan."Terus, kenapa diam?" Kali ini Dafa yang bertanya."Saya diam karena saya bingung dengan jawaban kalian yang kelewat benar."Tawa mulai terdengar, hingga guru itu kembali bersuara."Baiklah. Saya akan menjelaskan apa itu fisika. Fisika sains atau ilmu alam yang mempelajari materi beserta gerak dan perilakunya dalam lingkup ruang dan waktu, bersamaan dengan konsep yang berkaitan seperti energi dan gaya. Sebagai salah satu ilmu sains paling dasar, tujuan utama fisika adalah memahami bagaimana alam semesta berkerja," jelas pak Dewan."Karena selam

  • 09.06   Chapter 7

    "Thanks udah mau bantuin," ucap Raja."Nggak masalah kali. Lagian, kita kan teman," sahut Mervi."Mau mampir?" tawar Raja. Mereka menggeleng."Lain kali aja. Gua mau ke masjid dulu. Lo nggak ke masjid?" tanya Bian."Gue non-muslim," jawab Raja."Oh, sorry. Gua nggak tahu soal itu." Raut wajah Bian menjadi pias."Nggak masalah.""Kalau gitu kita duluan ya," ujar Marva. Raja mengangguk."Ntar malem jan lupa kumpul di warung tadi. Anggap aja perkenalan diri lo." Suara Ojal."Kalau nggak sibuk, gue ngumpul kok."***Makan malam telah tiba. Balak dan anak itu tampaknya tengah menikmati makan malam."Bagaimana keseharian kamu selama Papa nggak ada di rumah?" tanya Heru membuka percakapan.Raja terdiam cukup lama. "Nothing special, and very boring. But,

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status